Senin 09 Aug 2021 17:24 WIB

Korsel dan AS Tetap Lanjutkan Latihan Militer Gabungan

Korsel dan AS tetap akan lakukan latihan militer bersama di tengah ancaman Korut

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Militer Korsel
Militer Korsel

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) akan mengadakan pelatihan pendahuluan pada pekan ini. Pelatihan dilakukan menjelang latihan militer utama musim panas pekan depan.

Pelatihan staf manajemen krisis selama empat hari akan dimulai pada Selasa (10/8). Selanjutnya diikuti oleh Pelatihan Pos Komando Gabungan simulasi komputer yang dijadwalkan 16-26 Agustus.

Baca Juga

"Pelatihan ini bertujuan untuk memeriksa respons terhadap situasi krisis yang tidak terduga untuk kembali ke masa damai sebelum perang pecah," kata seorang pejabat dilansir Kantor Berita Yonhap, Senin (9/8).

Kementerian Pertahanan Korea Selatan menolak untuk mengonfirmasi jumlah pasukan yang akan mengikuti latihan. Kementerian Pertahanan masih mendiskusikan rinciannya dengan Washington.

"Latihan yang akan datang akan melibatkan jumlah pasukan minimum, yang bahkan akan lebih kecil dari latihan musim semi, dan tidak ada latihan di luar ruangan yang akan dilakukan," kata sumber pemerintah Korea Selatan.

Korea Selatan dan AS telah memutuskan untuk melanjutkan latihan seperti yang direncanakan meskipun mendapatkan ancaman dari Korea Utara. Sebelumnya Pyongyang memperingatkan jika Korea Selatan tetap melanjutkan latihan militer dengan AS, maka perdamaian antarKorea akan dibatalkan.

Korea Utara menyebut latihan tersebut sebagai bentuk invasi. Korea Utara telah lama mencerca latihan semacam itu, mencelanya sebagai latihan untuk invasi.

Sebelumnya saudara perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong, pada Ahad (1/8) mengatakan Pyongyang akan menolak membangun kembali hubungan dengan Korea Selatan jika mereka melakukan latihan militer gabungan dengan AS. Media pemerintah KCNA melaporkan Kim Yo-jong juga menyebut keputusan untuk memulihkan hotline antara kedua Korea jangan hanya dipandang sebagai sesuatu yang lebih dari menghubungkan kembali kedua negara secara fisik.

Menurutnya, sangat tidak bijaksana untuk mengasumsikan bahwa pertemuan tingkat tinggi kedua Korea akan berlangsung dalam waktu dekat. Komentar Kim Yo-jong muncul pada saat Korea Utara dan Korea Selatan sedang melakukan pembicaraan untuk mengadakan pertemuan puncak sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan hubungan. Di sisi lain, Washington dan Seoul akan mengadakan latihan militer bersama pada akhir Agustus.

"Pemerintah dan militer kami akan terus mengawasi apakah Korea Selatan melanjutkan latihan perang yang agresif atau membuat keputusan besar. Harapan atau keputusasaan? Itu bukan terserah kami," kata Kim Yo-jong dalam sebuah pernyataan yang dilansir KCNA.  

Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953  berakhir dengan gencatan senjata. Pekan lalu Korea Selatan dan Korea Utara menghubungkan kembali hotline mereka yang terputus pada Juni tahun lalu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement