REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) bertekad terus mendorong peningkatan kesejahteraan petani di antaranya dengan hasilkan produk hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan. Hal ini sebagaimana disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa di masa pandemi Covid-19, hortikultura banyak dicari untuk peningkatan imun.
"Buah apa yang kurang di Indonesia. Kita memiliki buah-buah tropis yang tidak ada di negara lain sehingga sangat terbuka untuk bisa dinikmati oleh dunia. Ayo kita makan buah Indonesia karena bisa jaga imun yang ada menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan nutrisi badan kita dan tubuh kita makin sehat," ujarnya dalam siaran pers.
Lebih lanjut Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa salah satu komoditi yang menjadi primadona di pasar domestik maupun prospektif dilirik pasar global adalah pisang mas kirana. Pasar ekspor pisang mas Kirana dari Lumajang saat ini luar biasa.
“Pengembangan pisang mas kirana didukung semua pihak. Kementan telah bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM, jadi ini bisa jadi tonggak pengungkit program Direktorat Jendral (Ditjen) Hortikultura, yakni pengembangan Kampung Hortikuktura khususnya Kampung Pisang Mas Kirana dengan kelembagaan ekonomi petani berbasis korporasi di antaranya melalui koperasi dan pengembangan UMKM Hortikultura," kata Sekretaris Ditjen Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari.
Pengembangan kelembagaan hortikultura ini, lanjut Retno, diharapkan juga didukung dengan penguatan investasi melalui pinjaman lunak berbasis Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun dari Kemenkop untuk pengusaha mikro, tanpa jaminan dalam jangka waktu satu tahun.
"Selain itu juga dibantu dengan adanya penguatan kelembagaan berbasis korporasi di antaranta dengan membentuk koperasi petani pisang," tambah Retno.
Sementara menurut Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menyampaikan bahwa pisang mas kirana merupakan salah satu buah khas dari Kabupaten Lumajang. Pisang ini memiliki karakteristik ukuran, rasa dan warna kulit yang kuning cerah sehingga diminati pasar domestik maupun pasar global. Karena karakternya yang khas, pisang ini baru bisa dikembangkan di tiga kecamatan di lereng Gunung Semeru yakni di Kecamatan Senduro, Pasrujambe, dan Gucialit.
"Pisang merupakan komoditas unggulan untuk pengembangan kampung buah. Pada tahun 2021 saja 56 Kampung Pisang dikembangkan dengan skala ekonomi di Indonesia dan di antaranya adalah pisang mas kirana yang sudah mulai dikembangkan tidak hanya di Lumajang namun juga di daerah lain di antaranya Tanggamus dan Gunung Kidul," ungkapnya
Dari Kantor Pemda Kabupaten Lumajang, Bupati Lumajang Thoriqul Haq menegaskan pisang mas kirana ini bisa tumbuh subur di wilayahnya karena sudah menjadi budaya dan sosial kultural masyarakat Lumajang. Pihaknya telah melakukan berbagai kebijakan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya melalui budidaya pisang mas ini dengan menggandeng berbagai perguruan tinggi dan lembaga Litbang untuk penciptaan inovasi dan penerapan teknologi hulu-hilir.
"Hampir setiap masyarakat menanam pisang di halaman. Kami juga sedang melakukan langkah pengalihan tanaman yang tadinya berbasis pupuk kimia menjadi pupuk organik,” ujar Thoriqul Haq.
Orang nomor satu di Pemerintahan Lumajang ini menjelaskan, saat ini lebih dari 25 varietas pisang yang terdapat di Lumajang. Semua ini bisa tumbuh baik karena adanya dukungan irigasi yang baik dengan kualitas air yang sangat bagus dari pegunungan. Hanya saja, potensi pasar ekspor pisang ini belum tergarap lantaran pihaknya belum bisa memenuhi permintaan yang cukup tinggi di pasaran.
"Pada 2014 ada 12 buyer untuk tujuan ekspor namun problematikanya permintaan lebih besar dibandingkan produksinya" jelasnya.
Thoriqul menyadari pasar pisang mas kirana ini belum tersambung ke pasar berbasis industri. Sebab di Lumajang budidaya pisang masih secara kultural tradisional sehingga jangkauan konsumennya hanya untuk jangka pendek. Selain itu, pemasaran untuk pisang khas Lumajang ini masih terbatas mengingat keterbatasan kapasitas priduksinya walau permintaan ekspor cukup tinggi.
“Di sinilah perlunya pemantapan kelembagaan asosiasi petani pisang seroja. Diperlukan adanya pelatihan untuk pengembangan pisang berbasis industri. Saya juga meminta para pemilik HGU untuk mengalokasikan lahannya untuk kemitraan usaha dengan masyarakat,” tambah bupati yang berusia 44 tahun ini.
Kepala Dinas Pertanian Lumajang Paiman menambahkan, bahwa saat ini peminat pisang mas kirana sangat tinggi karena kualitasnya terjamin dengan sistem budidaya yang digunakan masih organik. Terkait global Good Agricultural Practices (GAP), pihaknya sudah bekerjasama dengan Kemenhumham untuk identifikasi terkait persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat kembali meraih sertifikasi Global GAP dan Indikasi Geografis untuk pisang mas kirana sebagai Produk khas Lumajang.
Pisang Mas Kirana Lumajang ini dikategorikan sebagai produk Indikasi Geografis sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merk dan Indikasi Geografis. "Karena Pisang Mas Kirana memiliki ciri khas atau karakteristik dari suatu produk yang mengindikasikan suatu daerah yakni Lumajang sebagai tempat asal terdapatnya produk tersebut," katanya.
Karena itu, dia meminta dukungan dari Kementan utamanya dari Ditjen Hortikultura, Kementerian Perdagangan untuk mengawal tahapan demi tahapan dalam meraih kembali sertifikasi Global GAP untuk pisang khas Lumajang ini.
Sementara itu, Tim dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Paulina Evy Retnaning menegaskan pentingnya integrasi dalam rangka peningkatan daya saing dan ekspor pisang mas kirana berkelanjutan. Selain itu juga integrasi kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perindustrian, termasuk lembaga keuangan dan industri untuk memberikan peluang investasi dari hulu hingga hilir.
"Inovasi dari hulu ke hilir akan diupayakan okeh Tim.BPTP mulai dari pemberongsong, hingga pengolahan dalam bentuk sale, selai dan sebagainya hasil dari sortiran yang segar," katanya.
Termasuk dalam hal ini, perluasan jaringan pemasaran dan pengembangan diversifikasi produk olahan pisang yang berskala industri untuk memenuhi pasar domestik dan ekspor. "Ditjen horti, BKP dan Barantan bersama Kemendag berkomitmen untuk mengawal tahapan demi tahapan dalam meraih kembali sertifikasi Global GAP sebagai syarat ekspor," jelasnya.
Great Giant Peanaple (GGP), Welly Soegiono mengatakan komoditi pisang mas kirana ini telah terbukti memberikan kontribusi besar bagi pendapatan petani di Lumajang. Diakuinya, dalam mengembangkan pisang di Tanggamus, awalnya mendapat penolakan dari masyarakat untuk perluasan pasar pisang mas ini. Namun setelah petani mendapatkan keuntungan, kini makin banyak petani yang mendaftar untuk tergabung dengan GGP.
"GGP yang sukses dengan pisang Tanggamus dengan ekspor ke Singapura, Jepang dan China, bukan mustahil kesuksesan ini bisa menular ke pisang mas kirana jika di hukunya dapat terjaga dengan baik," katanya.
Dia pun mengingatkan pentingnya pemuliaan genetik pisang mas kirana Lumajang ini agar lebih berkembang. Begitu pun ketika tergabung dengan perusahaan, maka perusahaan besar jangan dianggap sebagai pesaing tengkulak kecil, karena perusahaan besar fokus ke pasar modern. "Bisnis pisang mas kirana Lumajang harus jalan karena pasti akan menarik sektor lain,” papar Welly.
Welly sendiri mengaku fokus pada pengembangan pisang tanggamus berasal dari kultur jaringan asli Tanggamus. Agar bisa menghasilkan jenis pisang berkualitas tinggi, menurutnya, sangat diperlukan peningkatan kapasitas petani untuk menghasilkan produk yang high end. GGP menerapkan sistem dalam pengembangan pisang di Jembrana Bali dengan sistem creating share value (CSV), yang berorientasi pasar.
"Intinya juga harus menghindarkan petani dari kerugian dan kalau sekali ekspor harus bisa kontinu. Lebih untung jual pisang mas kirana di dalam negeri. Namun demikian, meskipun ekspor untungnya kecil tapi kuantitasnya tinggi. CSV merulakan salah satu konsep untuk penumbuhan sentra ekonomi baru tanpa penguasaan lahan oleh swasta," tambah dia.