Kamis 12 Aug 2021 18:48 WIB

Dokter: Penyakit TBC Bukan Faktor Keturunan

Anggapan penyakit TBC yang merupakan faktor turunan tidaklah benar.

Anggapan penyakit TBC yang merupakan faktor turunan tidaklah benar.
Foto: gsahs.nsw.gov.au
Anggapan penyakit TBC yang merupakan faktor turunan tidaklah benar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian kalangan beranggapan bahwa penyakit tuberkulosis atau yang lebih dikenal sebagai TBC diderita seseorang karena salah satunya faktor keturunan, tapi ternyata itu tidaklah benar. Koordinator Substansi Tuberkulosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr Tiffany Tiara Pakasi menegaskan, tuberkulosis bukan penyakit keturunan tetapi masalah kesehatan yang ditularkan dari satu orang ke orang lainnya.

"Ini bukan penyakit keturunan tetapi ketularan atau menular," kata dia dalam satu acara mengenai TBC, Kamis (12/8).

Baca Juga

Penyakit dengan sifat kronis ini disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ pernapasan seperti paru-paru, organ vital lain misalnya otak, tulang, kulit kelenjar getah bening, bahkan organ-organ lain. Gejala yang muncul umumnya meliputi demam, sumeng, tidak enak badan, batuk berdahak, nafsu makan berkurang yang menyebabkan berat badan turun pada anak-anak. Menurut Tiara, saat seseorang atau anggota keluarga mengalami gejala-gejala itu lebih dari dua pekan maka saatnya curiga risiko tuberkulosis.

"Gejalanya kita harus curiga kalau ada kejadian lebih dari dua minggu, berbeda dari COVID-19 yakni demam sumeng-sumeng, tidak tinggi tapi hangat, tidak enak badan, batuk umumnya berdahak, nafsu makan kurang sampai akhirnya lama-lama berat badan bisa menurun apalagi pada anak-anak," kata dia.

Selain itu, gejala umum lainnya yang juga ditemukan pada pasien yakni berkeringat di malam hari padahal dia tak melakukan aktivitas fisik cukup berat. Siapa saja bisa terkena tuberkulosis mulai dari balita, anak, remaja, sampai lansia.

Pada anak, TBC biasanya ditularkan dari orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, mengobati tuberkulosis pada orang dewasa hingga selesai menjadi penting.

"Kalau anak-anak kena tuberkulosis, pasti sumber penularan orang dewasa yang ada di sekitarnya, sehingga memang risiko kita atau double risk-nya kalau kita tidak menemukan dan mengobati pasien dewasa misalnya adalah anak-anaknya berpotensi tertular," tutur Tiara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement