REPUBLIKA.CO.ID, LESBOS-- Taliban merebut kembali kekuasaan di Afghanistan. Pencari suaka yang tinggal di kamp pengungsian di Pulau Lesbos, Yunani, Elena pun khawatir dengan nasib keluarga dan teman-temannya di negara itu.
"Ini bencana, sekarang apa yang akan terjadi pada generasi muda Afghanistan? Pada anak-anak? Pada hak-hak perempuan? Semuanya dihancurkan Taliban," kata Elena yang menolak memberikan nama belakangnya, Senin (16/8).
Elena salah satu dari 500 pencari suaka asal Afghanistan dan aktivis yang berunjuk rasa Senin kemarin. Mereka membawa bendera Afganistan dan duduk di dekat sebuah spanduk besar yang bertuliskan 'Katakan Tidak Pada Taliban.'
Hanya perlu satu pekan bagi Taliban untuk mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Mereka mengalahkan pasukan pemerintah Afghanistan yang dilatih selama bertahun-tahun dan dilengkapi persenjataan Amerika Serikat (AS).
Milisi itu menjanjikan wajah yang lebih moderat, menghormati hak-hak perempuan dan melindungi rakyat. Tapi banyak rakyat Afghanistan yang khawatir Taliban kembali menjalankan pemerintahan keji seperti yang lakukan pada 1996 hingga 2001. Saat itu, Taliban melarang perempuan bekerja dan menerapkan hukum rajam.
Kementerian Dalam Negeri Yunani mencatat sekitar 2.500 pengungsi dari Afghanistan yang kini berada di di Pulau Lesbos. Mereka turun ke jalan untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka.
"Semua rakyat Afghanistan menangis, saya berharap dari dunia, mohon bantu Afghanistan, jangan tinggalkan rakyat Afghanistan sendirian," kata Alena.
Yunani dan terutama Lesbos telah menjadi pintu gerbang pengungsi yang hendak ke Uni Eropa. Pihak berwenang Yunani khawatir setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan akan muncul gelombang imigran dari negara itu. Tetapi yang paling mengkhawatirkan Elena adalah mereka yang tetap berada di Afghanistan.
"Perempuan tidak bisa mendapat pendidikan, perempuan tidak dapat keluar dari rumah, mereka harus tetap di rumah karena merasa tidak aman, saya memiliki banyak teman di Afghanistan, mereka panik, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan," katanya.