REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain diperingati sebagi Lebaran Anak Yatim, tiap 10 Muharram terdapat tradisi lain yang sampai kini masih dirayakan, yakni menikmati hidangan tradisional bubur asyura. Bubur asyura adalah makanan khas daerah Melayu yang berasal dari Riau.
Bahan utama makanan ini adalah biji-bijian yang dimasak dengan cara dibuat bubur. Dalam upacara keagamaan tanggal 10 Muharram, bubur ini hadir sebagai salah satu jenis makanan yang disajikan. Masyarakat di Pulau Penyengat hanya membuat bubur asyura untuk keperluan upacara 10 Muharram yang berarti hanya dikonsumsi setahun sekali.
Penyajiannya dalam upacara memakai mangkuk besar yang diisi bubur dan menyertakan empat mangkuk kecil. Tak lupa juga disajikan sendok besar untuk mengambil bubur dan sendok kecil untuk menyantap bubur.
Setelah menyantap bubur, tidak ada makanan kecil atau pencuci mulut lain, seperti kue dan buah. Warga hanya minum air putih usai menyantap bubur asyura. Bagi mereka yang tidak dapat hadir di upacara, bubur akan dikirim ke rumahnya oleh pengurus masjid sebelum azan Maghrib.
Dalam kehidupan masyarakat Pulau Penyengat, masakan bubur asyura mempunyai fungsi menjalin kehidupan sosial. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pembuatannya yang melibatkan banyak orang.