Kamis 19 Aug 2021 20:14 WIB

Tradisi Bubur Asyura yang Populer Sampai Sekarang

Bubur asyura adalah makanan khas daerah Melayu yang berasal dari Riau. 

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Warga berjalan membawa bubur Asyura saat tradisi membagi bubur asyura di kompleks Masjid Menara Kudus di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (28/8/2020). Tradisi peninggalan Sunan Kudus dengan membagikan sebanyak 1000 porsi bubur yang berbahan delapan bahan pangan seperti beras, jagung, kedelai, ketela, kacang tolo, pisang dan kacang hijau serta kacang tanah pada bulan Syura atau Muharam tersebut untuk mengajarkan sikap saling berbagi kepada sesama.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Warga berjalan membawa bubur Asyura saat tradisi membagi bubur asyura di kompleks Masjid Menara Kudus di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (28/8/2020). Tradisi peninggalan Sunan Kudus dengan membagikan sebanyak 1000 porsi bubur yang berbahan delapan bahan pangan seperti beras, jagung, kedelai, ketela, kacang tolo, pisang dan kacang hijau serta kacang tanah pada bulan Syura atau Muharam tersebut untuk mengajarkan sikap saling berbagi kepada sesama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain diperingati sebagi Lebaran Anak Yatim, tiap 10 Muharram terdapat tradisi lain yang sampai kini masih dirayakan, yakni menikmati hidangan tradisional bubur asyura. Bubur asyura adalah makanan khas daerah Melayu yang berasal dari Riau. 

Bahan utama makanan ini adalah biji-bijian yang dimasak dengan cara dibuat bubur. Dalam upacara keagamaan tanggal 10 Muharram, bubur ini hadir sebagai salah satu jenis makanan yang disajikan. Masyarakat di Pulau Penyengat hanya membuat bubur asyura untuk keperluan upacara 10 Muharram yang berarti hanya dikonsumsi setahun sekali.

Baca Juga

Penyajiannya dalam upacara memakai mangkuk besar yang diisi bubur dan menyertakan empat mangkuk kecil. Tak lupa juga disajikan sendok besar untuk mengambil bubur dan sendok kecil untuk menyantap bubur.

Setelah menyantap bubur, tidak ada makanan kecil atau pencuci mulut lain, seperti kue dan buah. Warga hanya minum air putih usai menyantap bubur asyura. Bagi mereka yang tidak dapat hadir di upacara, bubur akan dikirim ke rumahnya oleh pengurus masjid sebelum azan Maghrib.

Dalam kehidupan masyarakat Pulau Penyengat, masakan bubur asyura mempunyai fungsi menjalin kehidupan sosial. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pembuatannya yang melibatkan banyak orang.

 

Umroh plus wisata ke mana nih, yang masuk travel list Sobat Republika di Tahun 2024?

  • Turki
  • Al-Aqsa
  • Dubai
  • Mesir
  • Maroko
  • Andalusia
  • Yordania
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement