Sabtu 21 Aug 2021 06:53 WIB

Facebook, Twitter, dan Linkedln Kompak Bungkam Taliban

Media sosial Barat tersebut nyatakan dukungannya bagi rakyat Afganistan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Indira Rezkisari
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.
Foto: EPA
Kelompok Taliban berada di kantor pemerintahan setelah diambil alih di Kota Herat, Afganistan, pada 13 Agustus 2021. Taliban mengklaim sudah menguasai Kandahar dan beberapa kota lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Facebook, Twitter, dan Linkedln kompak melarang unggahan yang mendukung atau membela Taliban. Perusahaan multinasional itu sepakat untuk melindungi rakyat Afghanistan agar tidak menjadi sasaran atas pengambilalihan negara oleh Taliban.

Perusahaan teknologi itu mengatakan, pengguna sekarang dapat melindungi unggahan mereka dari orang yang tidak mereka kenal. Facebook juga telah menghapus sementara kemampuan orang untuk melihat atau mencari daftar akun asal Afghanistan.

Baca Juga

Rakyat Afghanistan yang memiliki akun Instagram juga akan menerima pemberitahuan tentang metode untuk melindungi akun mereka. "Kami bekerja sama dengan rekan-rekan kami di industri, masyarakat sipil dan pemerintah untuk memberikan dukungan apa pun yang kami bisa untuk membantu melindungi orang," cuit Nathaniel Gleicher, kepala kebijakan keamanan Facebook yang dikutip di Arab News, Sabtu (21/8).

Sementara itu, Twitter Inc mengatakan telah berhubungan dengan mitra masyarakat sipil untuk memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok di negara tersebut dan bekerja sama dengan Internet Archive untuk mempercepat permintaan langsung untuk menghapus kicauan yang diarsipkan.

Mereka memastikan bahwa akses akun yang berisi informasi negatif dan membahayakan akan ditangguhkan sementara hingga pengguna menghapus konten negatif mereka. Twitter juga mengatakan akan memantau akun yang berafiliasi dengan organisasi pemerintah dan akan menangguhkan sementara akun tersebut, sambil menunggu informasi tambahan untuk mengonfirmasi identitas mereka.

Seorang juru bicara LinkedIn mengatakan, situs jaringan profesional milik Microsoft telah menyembunyikan sementara koneksi penggunanya di Afghanistan sehingga pengguna lain tidak dapat melihatnya. Pengambilalihan militan atas Afghanistan menimbulkan pertanyaan rumit bagi raksasa teknologi seperti Facebook dan Twitter.

Di WhatsApp, akun juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid tampaknya telah diblokir, sementara Financial Times melaporkan bahwa saluran bantuan WhatsApp Taliban yang memungkinkan warga melaporkan penjarahan juga telah ditutup.

Pemilik WhatsApp, Facebook, mengonfirmasi bahwa mereka telah bertahun-tahun memandang Taliban sebagai teroris, dan memblokir akun grup tersebut, termasuk di Instagram. Kebijakan tersebut memicu tanggapan tajam dari Mujahid ketika tentang kebebasan berbicara Taliban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement