REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Gusti Ngurah Kade Mahardika menilai vaksin penguat dosis ketiga (booster) belum dibutuhkan masyarakat umum. Menurutnya, tubuh masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19 telah mengenal virus tersebut.
Hal ini menanggapi usulan Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto agar pemerintah perlu menyiapkan skenario penyuntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga untuk masyarakat umum. "Belum perlu (vaksin Covid-19 dosis ketiga). Vaksin dua kali sudah cukup," kata Mahardika saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (25/8).
Ia menjelaskan, walau antibodi hilang, kekebalan seluler bisa saja masih ada. Yang penting, dia melanjutkan, tubuh telah mengenal virus yang bertahan seumur hidup melalui sel memori. Oleh karena itu, ia menilai lebih bijak jika pemerintah memenuhi target penduduk 70 persen divaksinasi sebanyak dua kali.
Sebaiknya pemerintah fokus pada vaksin dua dosis dengan target sasaran sekitar 208 juta orang. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto mengatakan bahwa pemerintah perlu menyiapkan skenario penyuntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau vaksin booster untuk umum.
Sebab bagi masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi pada Januari hingga April 2021, antibiodinya terhadap virus tersebut mulai menurun. "Kami usulkan juga ada skenario kedua, apabila itu (target vaksinasi) tidak tercapai, sehingga yang bulan Januari, Februari, Maret, April (sudah divaksin) perlu dilakukan booster. Karena antibiodinya sudah turun," ujar Slamet saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR, Rabu (25/8).
Baca juga : Studi Ini Dukung Booster Vaksin Covid-19 Bagi Imun Lemah