Kamis 26 Aug 2021 12:28 WIB

Kemenkop Sebut 15,3 Juta UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital

UMKM yang masuk platform digital didominasi sektor makanan dan fashion.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menunjukkan produk makanan industri rumahan yang sudah diberi lebel kemasan di Lhokseumawe, Aceh, Jumat (13/8). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyatakan, jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang masuk platform digital terus bertambah.
Foto: ANTARA/RAHMAD
Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menunjukkan produk makanan industri rumahan yang sudah diberi lebel kemasan di Lhokseumawe, Aceh, Jumat (13/8). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyatakan, jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang masuk platform digital terus bertambah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyatakan, jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang masuk platform digital terus bertambah. Saat ini telah mencapai 15,3 juta pelaku usaha yang bergabung ke ekosistem digital.

"Berarti sudah 23,9 persen UMKM masuk platform digital. Bertambah 7,3 juta pelaku selama pandemi," ujar Deputi Bidang UKM Kemenkop Hanung Harimba Rachman dalam konferensi pers virtual, Kamis (26/8).

Pelaku UMKM yang masuk platform digital tersebut, kata dia, didominasi sektor makanan, fashion, dan produk kesehatan. Ia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 yang mencapai 7,07 persen year on year (yoy) tidak lepas dari peran UMKM yang terus didorong pemerintah. 

"Salah satu langkah penting yaitu transformasi digital, keberhasilannya krusial untuk pertahankan UMKM kita bisa bertahan di masa Covid-19," tuturnya. 

Data Bank Dunia pada 2021, sambungnya, menyebutkan sebanyak 80 persen UMKM sudah terhubung ke ekosistem digital. Sebab ekosistem tersebut memiliki daya tahan lebih baik selama pandemi.

Ditargetkan, pada 2024 sebanyak 30 juta UMKM bisa masuk platform digital. Maka, ujar Hanung, berbagai upaya dilakukan, seperti menggandeng banyak pihak dan e-commerce.

Dirinya menyebutkan, potensi pasar digital pada 2025 menembus 125 miliar dolar AS atau Rp 1.700 triliun. "Itu pasar cukup besar, apalagi penggunaan e-commerce tertinggi di Asia Tenggara," tutur dia.

Hanung menyebutkan, pada 2020 jumlah nilai transaksi di e-commerce mencapai Rp 266 triliun. Kemudian pada kuartal I 2021 sebesar Rp 186,8 triliun, naik 63,4 persen yoy.

"Perkembangan transaksi melalui e-commerce cukup besar. Kami perkirakan pada 2021 jumlah transaksinya bisa di atas Rp 400 triliun pertumbuhannya," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement