REPUBLIKA.CO.ID -- Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 dan menjadi pandemi dunia hingga saat ini telah mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Meski vaksin sudah tersedia, tidak ada satupun yang memiliki efektivitas hingga 100 persen, tetapi ini dipastikan dapat mengurangi risiko gejala yang parah, hingga kematian.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) mengatakan diperlukan penelitian lebih lanjut tentang mengapa sejumlah orang terinfeksi virus corona jenis baru setelah vaksinasi dan gejala apa yang dialami. Disebutkan bahwa kasus ini sebagai ‘terobosan’ yang tercatat setidaknya ada 193.204 terjadi di Negeri Paman Sam antara 1 Januari hingga awal Agustus.
Melihat kasus terobosan yang terjadi, sebuah studi terbaru menemukan bahwa orang-orang yang telah divaksinasi lebih mungkin memiliki gejala Covid-19 saat terinfeksi. Penelitian yang dilakukan tim dari Erasmus Medical Center Rotterdam, Belanda mempelahari 161 kasus terobosan diantara lebih dari 24.000 pekerja perawatan kesehatan yang sudah divaksin antara April dan Juli.
Menurut temuan studi tersebut, hampir 85 persen kasus terobosan memiliki gejala. Hanya 13 persen dari kasus yang tidak menunjukkan gejala apapun, sementara ada dua persen yang masih tidak dapat ditentukan.
Meski demikian, tidak satupun dari kasus terobosan yang dialami orang-orang tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit, menunjukkan bahwa vaksin masih memberi perlindungan dari gejala parah. Sebuah studi yang dilakukan di Israel sebelumnya menemukan bahwa hanya 67 persen orang yang sudah divaksin dan terkena Covid-19 memiliki gejala.
Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Belanda lebih mengacu pada varian Delta. Disimpulkan bahwa partikel virus menulat ditemukan di sekitar 68 persen dari kasus terobosan, sedangkan hampir 85 persen adalah diantara orang yang tidak divaksinasi.
Hasil studi dari tim Belanda ini menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi penuh tetap dapat menyingkirkan virus lebih cepat dibanding yang tidak. Bahkan, orang yang tidak divaksinasi tentu sangat rentan terkena Covid-19 dengan varian yang kurang menular sekalipun.
“Meski viabilitas virus berkurang, infektivitas individu dengan infeksi terobosan tidak boleh diabaikan,” ujar tim peneliti dari Erasmus Medical Center Rotterdam, dilansir Best Life Online, Kamis (26/8).
Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), CDC telah merekomendasikan agar setiap individu yang sudah divaksinasi untuk tetap menggunakan masker saat berada dalam ruangan. Secara khusus adalah di wilayah, di mana tingkat penularan Covid-19 masih tinggi dan significan terjadi
Studi dari tim Erasmus Medical Center Rotterdam tentang kasus terobosan Covid-19 dirilis pada 21 Agustus di medRxiv.
https://bestlifeonline.com/breakthrough-covid-symptomatic-news/