Kamis 26 Aug 2021 17:17 WIB

Cara Berinfak Yang Direstui Allah SWT

Allah merestui cara berinfak seperti ini.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Cara Berinfak Yang Direstui Allah SWT. Foto: Sedekah. Ilustrasi
Foto: REPUBLIKA
Cara Berinfak Yang Direstui Allah SWT. Foto: Sedekah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran telah menjelaskan cara melakukan infak yang direstui Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah Ayat 262. Jika berinfak sesuai ajaran Islam dan mendapat restu Allah SWT, maka orang yang berinfak tersebut akan mendapat pahala yang berlipat ganda.

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُوْنَ مَآ اَنْفَقُوْا مَنًّا وَّلَآ اَذًىۙ لَّهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Baca Juga

Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (QS Al-Baqarah: 262)

Dalam Tafsir Ringkas Kementerian Agama dijelaskan, dalam ayat ini Allah menerangkan cara berinfak yang direstui Allah dan berhak mendapat pahala yang berlipat ganda. Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dalam bentuk aneka kebaikan, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya di hadapan orang yang diberi, tidak juga membanggakannya, dan tidak menyakiti perasaan penerima infak itu dengan menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, mereka memperoleh pahala berlipat di sisi Allah.

Selain menerima ganjaran, tidak ada rasa takut pada diri mereka. Mereka tidak merisaukan apa yang akan terjadi di masa depan, seperti hilang dan berkurangnya harta di dunia. Tidak risau soal pahala serta siksa di akhirat, dan mereka tidak bersedih hati oleh keresahan akibat apa yang terjadi dan luput di masa lalu.

Tidak jarang seseorang yang bersedekah atau akan bersedekah mendapat bisikan dari dalam diri atau dari orang lain, agar tidak bersedekah atau tidak terlalu banyak sedekah demi mengamankan harta yang akan menjadi jaminan bagi diri dan keluarganya di masa depan. Buanglah jauh-jauh pikiran dan perasaan semacam itu.

Dalam Tafsir Kementerian Agama, dijelaskan pahala dan keberuntungan yang akan didapat oleh orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah bersyarat. Yaitu dia memberikan hartanya dan benar-benar ikhlas, dan setelah itu dia tidak suka menyebut-nyebut infaknya itu dengan kata-kata yang dapat melukai perasaan orang yang menerimanya. Orang-orang semacam inilah yang berhak untuk memperoleh pahala di sisi Allah, dan tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan mereka tidak merasa sedih.

Ini berarti, orang yang memberikan sedekah kepada seseorang, kemudian dia menyebut-nyebut sedekah dan pemberiannya itu dengan kata-kata yang menyinggung perasaan dan kehormatan orang yang menerimanya, maka orang semacam ini tidak berhak memperoleh pahala di sisi Allah.

Ini adalah ajaran yang sangat tinggi nilainya, sebab ada orang yang menyumbangkan hartanya bukan karena mengharapkan rida Allah, melainkan hanya menginginkan popularitas dan kemasyhuran serta puji-pujian dari masyarakat, disiarkannya infak itu dengan cara yang mencolok, sehingga dia dikagumi sebagai seorang dermawan. Ada juga ketika memberikan sedekah itu dia mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya.

Pemberian semacam ini bertentangan dengan tujuan agama, karena tidak akan menimbulkan hubungan kasih sayang dan persaudaraan, melainkan menimbulkan kebencian dan permusuhan. Sebab itu wajar jika orang semacam ini tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah.

Ringkasnya, menafkahkan harta di jalan Allah haruslah dengan niat yang ikhlas dan maksud yang suci. Atas niat yang ikhlas inilah Allah akan memberikan pahala, dan masyarakat akan menghargainya.

Rasulullah SAW bersabda, "Semua amal itu harus disertai dengan niat, dan setiap manusia akan mendapat balasan atas amalnya berdasarkan niatnya itu." (Riwayat Imam Al-Bukhari dari Umar bin al-Khaththab).

Orang yang berinfak dengan niat yang ikhlas, selain akan memperoleh pahala di sisi Allah, juga tidak mengkhawatirkan nasib mereka, sebab mereka itu pasti akan mendapat pahala dan ridho Allah. Mereka juga tidak akan bersedih hati, bahkan mereka akan bergembira nanti di akhirat karena mereka telah dapat berbuat kebaikan, dan kebaikan itu mendatangkan pahala bagi mereka.

Sebaliknya, orang-orang yang enggan berinfak, nanti di akhirat akan bersedih hati dan menyesal, sebab tidak akan ada lagi kesempatan bagi mereka untuk berbuat kebajikan. Mereka akan menerima azab dari Allah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement