REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pengadilan tinggi di India Utara membatalkan proses pidana terhadap seorang dokter Muslim, Kafeel Khan, Kamis (26/8). Sebelumnya, Muslim tersebut menjadi tersangka karena berbicara menentang undang-undang kontroversial negara itu pada 2019.
Dilansir dari Anadolu Agency, hakim tunggal di Pengadilan Tinggi Allahabad di negara bagian Uttar Pradesh membatalkan perintah penangkapan Kafeel. Hal ini dengan alasan keputusan sebelumnya untuk memenjarakannya tidak diberikan oleh otoritas berwenang.
Dalam pesan video yang beredar di media sosial, Khan berterima kasih kepada pengacara dan pengadilan atas keputusan tersebut. "Keputusan pengadilan telah memulihkan kepercayaan saya pada peradilan. Saya yakin keputusan itu akan menguntungkan saya karena saya tidak melakukan kesalahan apa pun," kata Khan.
Khan diduga menyampaikan pernyataan provokatif di Universitas Muslim Aligarh pada Desember 2019 selama protes terhadap Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan yang kontroversial. Undang-undang itu memungkinkan mengurus kewarganegaraan India jalur cepat untuk non-Muslim dari tiga negara. Aturan ini menyediakan jalan menjadi warga negara India bagi imigran enam agama minoritas dari Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan yang secara eksplisit hanya untuk agama Hindu, Syiah, Buddha, Jain, Parsi, dan Kristen.
Pengadilan saat ini mengatakan pidato Khan tidak mempromosikan kebencian atau kekerasan. Khan ditangkap pada Januari 2020 di Mumbai sebelum dia diberikan jaminan pada Februari.
Tetapi, sebelum dia bisa dibebaskan, pihak berwenang memperpanjang penahanannya di bawah Undang-Undang Keamanan Nasional. Di bawah undang-undang ini, seorang tersangka dapat tetap ditahan tanpa dakwaan hingga 12 bulan.
Kafeel Khan adalah seorang dokter anak di sebuah rumah sakit di Gorakhpur, negara bagian Uttar Pradesh. Dia pernah menjadi berita utama ketika 63 anak meninggal pada 2017 karena kekurangan oksigen.
Dia ditangkap karena dituduh kelalaian medis dan korupsi. Namun, tuduhan-tuduhan itu akhirnya tidak terbukti sehingga dia dibebaskan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika