REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Pasukan pendudukan Israel secara brutal memukuli seorang siswa sekolah menengah Palestina di kota Hebron, Tepi Barat Selatan, Senin (30/8). Siswa berusia 14 tahun tersebut dilaporkan luka-luka di bagian kepalanya.
Dilansir dari Wafa News, Senin (30/8), orang tua korban, Raed Tamimi mengatakan pasukan Israel menghentikan putranya, Muntaser di dekat pos pemeriksaan militer Abu al-Rish, di sebelah Barat Masjid Ibrahimi. Peristiwa ini terjadi ketika putranya sedang dalam perjalanan ke sekolahnya. Anaknya digeledah dan kemudian secara brutal dipukuli.
Serangan terhadap siswa oleh pasukan militer Israel dan permukim Israel di wilayah Palestina yang diduduki merupakan pelanggaran berat terhadap hak anak atas pendidikan dan perkembangan. Serangan-serangan ini terutama terjadi di daerah-daerah paling rentan di Tepi Barat - Area C, area H2 Hebron yang dikuasai Israel, dan Yerusalem Timur.
Kota Hebron, yang menampung Masjid Ibrahimi, adalah rumah bagi sekitar 160 ribu Muslim Palestina dan sekitar 800 permukim Israel yang terkenal agresif yang tinggal di kompleks yang dijaga ketat oleh pasukan Israel. Warga Palestina di kota itu menghadapi kehadiran militer Israel yang besar setiap hari dengan setidaknya 32 pos pemeriksaan permanen dan sebagian didirikan di pintu masuk banyak jalan.
Sejak pembantaian Masjid Ibrahimi tahun 1994 yang merenggut nyawa 29 jamaah Muslim, warga Palestina tidak diizinkan mengakses jalan utama al-Shuhada dan rumah serta toko mereka di jalan dilas. Sementara itu, permukim Israel bergerak bebas di jalan, mengendarai mobil dan membawa senapan mesin.
Israel telah mengusir satu-satunya pemantau internasional, Kehadiran Internasional Sementara di Hebron (TIPH), yang melindungi warga Palestina di Hebron dari pemukim yang dijaga ketat. Pemantauan yang dilakukan sejak kasus pembantaian 1994 oleh pemukim Israel. Alkhaledi Kurnialam