REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Luas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia tahun ini kembali jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun meminta negara lain untuk mencontoh Indonesia dalam penanganan karhutla.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Dirjen PPI) KLHK, Laksmi Dhewanthi, mengatakan, karhutla yang dipicu oleh cuaca panas adalah bencana yang melanda banyak negara. Di Indonesia sendiri sejak Januari-Juli 2021, karhutla telah menghanguskan lahan seluas 105,7 ribu hektare (ha).
Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan AS dan Rusia. Berdasarkan data yang dihimpun KLHK dari berbagai sumber, karhutla tahun ini menghanguskan area seluas 150 ribu ha di Bolivia, 580 ribu ha di Kanada, dan 1,5 juta ha di Rusia. "Terbesar adalah AS dengan 3,5 juta ha," kata Laksmi dalam jumpa pers daring, Senin (30/8).
Laksmi berharap, negara-negara lain untuk mempelajari ataupun mereplikasi upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam mencegah atau mengendalikan karhutla. "Pengalaman Indonesia menangani karhutla ini bisa diduplikasi atau dijadikan bahan pembelajaran bagi negara-negara lain yang mengalami masalah karhutla," ucap Laksmi.
Pernyataan Laksmi itu bukan omong kosong belaka. Sebab, Indonesia secara perlahan berhasil menurunkan luas karhutla. Pada 2019 luas karhutla mencapai 1,6 juta ha, lalu pada 2020 turun menjadi 269 ribu ha, dan sekarang per Juli menjadi 105 ribu ha.
"Indonesia sudah belajar banyak terkait penanggulangan karhutla, khususnya sejak masa sulit enam tahun lalu," kata Laksmi.
Pada enam tahun silam atau 2015, Indonesia dilanda karhutla parah dengan luas area hangus mencapai 2,6 juta ha. Sejak kejadian 2015 itu, kata dia, pemerintah Indonesia terus memperbaiki tata kelola penanggulangan karhutla. Salah satunya dengan pencegahan dengan mewujudkan sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, masyarakat dan sektor swasta.