REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) sudah menyalurkan bansos kepada 3.500 lebih anak yatim, piatu, ataupun yatim dan piatu akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. Penyaluran pertama kali dilakukan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 27 Agustus lalu.
"Per hari ini, baru tersalurkan kepada 3.500-an anak," kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Harry Hikmat, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (9/9).
Sebanyak 3.500 anak penerima bansos itu, kata dia, tersebar di sejumlah daerah seperti Pekanbaru, Jakarta, Aceh, Soreang, Serang, Jember, Surakarta, Semarang. "Besok akan kita bagikan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan," ucapnya.
Harry menerangkan, bansos disalurkan dengan memberikan kartu ATM khusus Bank Mandiri kepada wali/pengampu masing-masing anak. Untuk anak yang belum bersekolah, per bulan mendapatkan Rp 300 ribu. Sedangkan anak yang sudah bersekolah mendapat Rp 200 ribu per bulan. Bantuan diberikan selama empat bulan, yakni September, Oktober, November, Desember 2021.
Dia menyebut, anak yatim bisa memanfaatkan bansos tunai itu untuk berbagai keperluan. "Bisa saja anak itu sudah mendapat KIP (Kartu Indonesia Pintar), uang itu bisa digunakan untuk usaha," ucapnya.
Harry mengakui, jumlah penerima bansos masih sangat kecil jika dibandingkan jumlah anak yatim terdata. Per 7 September, Kemensos berhasil mendata 25.202 anak yatim piatu yang tersebar di seluruh provinsi. Hal itu tampak di Jakarta. Dari 2.178 anak yatim piatu terdata, bansos baru tersalurkan kepada 101 anak. "Betul, itu betul sekali (masih sangat kecil yang tersalurkan)," ucapnya.
Adapun anggaran yang disediakan Kemensos untuk bansos anak yatim tahun 2021 sebanyak Rp 138 miliar. Harry menyebut, dana sebanyak itu cukup untuk 173 ribu anak jika diestimasikan masing-masing anak menerima Rp 200 ribu.