Sabtu 11 Sep 2021 21:10 WIB

Kebangkitan Taliban Disebut Bisa Ilhami Ekstremis

Intelijen Inggris menilai kebangkitan Taliban bisa ilhami kebangkitan ekstremis.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/10/2021). Taliban menuntut penghapusan para pemimpinnya dari daftar hitam PBB dan AS, dan mengkritik komentar tidak baik yang dibuat terhadap anggota pemerintah baru di Afghanistan.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan pinggir jalan di Kabul, Afghanistan, Kamis (9/10/2021). Taliban menuntut penghapusan para pemimpinnya dari daftar hitam PBB dan AS, dan mengkritik komentar tidak baik yang dibuat terhadap anggota pemerintah baru di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Direktur Jenderal MI5, Ken McCallum, mengatakan kebangkitan Taliban di Afghanistan telah memicu keberanian para kelompok ekstremis untuk kembali melancarkan aksinya. Hal ini dapat mengarah pada kembalinya plot serangan gaya Alqaeda terhadap Barat.

McCallum menuturkan Inggris dapat menghadapi lebih banyak risiko karena penarikan pasukan NATO dan penggulingan pemerintah Afghanistan yang didukung internasional. Menurutnya, ancaman teroris cenderung tidak berubah dengan cepat.

Baca Juga

"Ancaman teroris cenderung tidak berubah dalam semalam, dalam artian plot yang diarahkan atau kamp pelatihan atau infrastruktur, dan hal-hal yang dilakukan Alqaeda di Afghanistan pada saat 9/11,” kata McCallum kepada BBC.

McCallum menjelaskan plot serangan terorisme yang terorganisir secara terpusat membutuhkan waktu lebih lama untuk dibangun kembali. Namun tidak menutup kemungkinan para ekstremis memiliki dorongan psikologis dan moral dalam satu malam untuk melancarkan aksinya.

"Jadi kita perlu waspada terhadap peningkatan terorisme yang diilhami, yang telah menjadi tren nyata dan harus kita tangani selama lima hingga 10 tahun terakhir, di samping potensi pertumbuhan kembali plot ala Alqaeda," ujar McCallum.

Baca juga : Taliban Tembak Mati Keluarga Mantan Wapres Afghanistan

Inggris telah mengalami beberapa serangan kekerasan oleh ekstremis Islam dalam dua dekade terakhir. Serangan paling mematikan terjadi pada 7 Juli 2005 ketika empat pengebom bunuh diri menewaskan 52 penumpang di kereta bawah tanah London dan sebuah bus.

Sementara, serangan pisau dan kendaraan sebagian besar dilakukan oleh individu yang terinspirasi oleh kelompok ekstremis, seperti ISIS. Serangan mereka tidak diarahkan oleh pemimpin organisasi kelompok ekstremis.

McCallum mengatakan pihak berwenang Inggris telah menggagalkan 31 plot serangan teroris dalam empat tahun terakhir. Sebagian besar serangan dilakukan oleh ekstremis Islam dan sayap kanan. McCallum menyebut sulit untuk mengatakan apakah situasi di Inggris telah aman atau masih belum aman setelah 20 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat.

“Jumlah plot yang kami gagalkan saat ini sebenarnya lebih banyak daripada jumlah plot yang muncul setelah 9/11. Namun rata-rata tingkat serangan mereka lebih kecil dengan eskalasi yang lebih rendah,” ungkap McCallum.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement