Senin 13 Sep 2021 14:45 WIB

Pemerintah Akui Kebobolan Varian Delta dari Jalur Laut

Saat ini, pengawasan yang relatif baik hanya terjadi di pintu masuk via udara.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
Foto: Dok. Web
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui, pemerintah kebobolan masuknya varian delta ke Indonesia. Sebab, varian tersebut masuk lewat pintu-pintu masuk internasional via laut.

"Perlu disadari, pintu masuk kemarin pada delta kemarin kebobolan. Makanya, kita lupa menjaga dari sisi lautnya," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (13/9).

Baca Juga

Dari pintu masuk tersebut, Budi mengatakan, banyak kapal yang berasal dari India. Ia mengatakan, mereka diizinkan mendarat di pelabuhan, tanpa adanya proses karantina seperti yang dilakukan di bandara-bandara.

"Kita perlu perhatikan dengan ketat testing pintu masuk darat dan laut yang menjadi tempat banyak traffic-nya," ujar Budi.

Saat ini, ia menjelaskan, pengawasan yang relatif baik hanya terjadi di pintu masuk via udara, seperti bandara. Karena itu, pemerintah akan terus memperbaiki penjagaan di pintu masuk via darat dan laut.

"Untuk darat di Kupang, Morotai, dan Kaltara banyak masuk dari Malaysia. Dari laut banyak yang harus kita perbaiki khususnya di Batam, pernah masuk dari Brunei," ujar Budi.

Baca juga : Polda Dijadwalkan Periksa 14 Pegawai Lapas Tangerang

Penjagaan tersebut dilakukan juga untuk mencegah masuknya tiga varian baru Covid-19, yakni lambda, Mu, dan C.1.2. Hingga saat ini, Kemenkes belum menemukan ketiga varian tersebut di Indonesia.

Untuk varian lambda dan mu, Budi menjelaskan, ditemukan di Amerika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memasukkan keduanya ke dalam kategori variant of interest.

"Kedua varian ini memiliki kemampuan menghindari sistem imunitas atau sistem kekebalan dari tubuh kita sehingga efektivitas dari vaksin yang diberikan akan menurun terhadap kedua varian ini," ujar Budi.

Sedangkan varian C.1.2, berasal dari Afrika Selatan dan disebut-sebut mengkhawatirkan para ilmuwan. Kendati demikian, varian ini belum masuk kategori variant of interest dari WHO.

"Varian ini mutasinya banyak sekali yang sama seperti yang lainnya, juga mereka dilihat bisa menghindari sistem kerja imunitas kita yang sudah bentuk berdasarkan varian-varian sebelumnya," ujar Budi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement