Rabu 15 Sep 2021 05:46 WIB

Indonesia Jadi Tuan Rumah G20 Tahun Depan

Indonesia akan meneruskan tongkat estafet presidensi G20 dari Italia

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Christiyaningsih
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menlu Retno Marsudi (kiri) dan Menkeu Sri Mulyani mengikuti forum KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/3/2020).
Foto: Antara/Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menlu Retno Marsudi (kiri) dan Menkeu Sri Mulyani mengikuti forum KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia akan meneruskan tongkat estafet presidensi G20 dari Italia mulai 1 Desember hingga 30 November 2022 mendatang. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan Presiden Joko Widodo secara simbolis akan menerima tongkat estafet presidensi saat penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021.

“Presiden menghadiri KTT G20 di Roma pada 30-31 Oktober mendatang dan di sana presiden akan menerima secara resmi tongkat estafet presidensi G20 dari PM Italia (Mario Draghi),” kata Airlangga dalam konferensi pers yang disiarkan di Youtube, Selasa (14/9) malam.

Baca Juga

Dengan ditutupnya KTT G20 di Roma, Italia maka beberapa rangkaian acara pun akan disiapkan. Setidaknya ada 150 pertemuan yang akan digelar sepanjang tahun. Ketua Umum Partai Golkar ini menyebut setidaknya akan hadir 500 hingga 5.800 peserta tiap event yang diselenggarakan. Event itu akan digelar secara hybrid.

“Pertemuan akan dilakukan 500 hingga 5.800 orang per event sepanjang tahun. Sesuai dengan arahan presiden, pertemuan akan dilakukan secara hybrid dengan mempertimbangkan kondisi pengendalian Covid dan juga dilakukan secara fisik sesuai parameter yang ada,” terang dia.

Tema yang diusung dalam presidensi G20 2022 adalah Recover Together, Recover Stronger. Dengan menjadi presidensi ini, Airlangga mengatakan, Indonesia dapat memiliki kesempatan secara strategis untuk ikut menentukan arah desain kebijakan ekonomi global terutama pada masa pascapandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement