REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Survei Median terhadap 1.000 orang tua murid sebagai responden acak menghasilkan kesimpulan, mayoritas siswa-siswi sudah bosan dengan PJJ atau pembelajaran yang dilakukan secara daring. Sebagian besar dari orang tua yang menyatakan hal tersebut berada di Pulau Jawa.
"Yang mengatakan sudah mulai bosan dan sangat bosan itu kalau ditotalkan 41,4 persen. Nah yang menyatakan senang itu hanya 9,7 persen," ungkap Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, pada konferensi pers daring, Kamis (9/9).
Berdasarkan data hasil survei yang dia tunjukkan, dari 41,4 persen itu, 17,5 persen di antaranya merupakan orang tua yang merasa anaknya sudah sangat bosan menjalani PJJ. Sementara 22,9 persen sisanya menyatakan anak-anak mereka sudah mulai bosan dengan kegiatan PJJ.
Sementara itu, angka 9,7 persen orang tua yang melihat anaknya senang menjalani PJJ itu terdiri dari 6,9 persen yang menyatakan anaknya merasa senang sekali dan 3,4 persen yang merasa anaknya senang saja.
Di luar yang menyatakan bosan dan senang, ada 4,9 persen orang tua yang menilai anaknya biasa saja menjalani PJJ dan ada 44 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab.
"Jadi memang perasaan orang tua ini memang mereka melihat bahwa anak-anak yang selama hampir dua tahun ini melakukan PJJ mayoritasnya itu bosan," kata Rico.
Jika dilihat secara wilayah, yakni di Jawa dan di luar Jawa, angka tertinggi responden yang menyatakan anaknya merasa bosan dengan PJJ berada di Jawa, yakni sebesar 41,7 persen. Persentase responden yang anaknya merasa bosan melakukan PJJ di luar Pulau Jawa ada di angka 39,3 persen.
"Di Jawa itu yang menyatakan merasa bosan ada 41,7 persen, yang senang 10 persen, biasa saja 4,2 persen. Dibandingkan dengan yang ada di luar Jawa, yang menyatakan bosan 39,3 persen," jelas dia.
Berdasarkan keterangan sekolah-sekolah yang disambangi oleh Mendikbud dan Wapres, mereka menyatakan antusias menyambut pelaksanaan PTM terbatas. Persiapan hingga pelaksanaannya pun dilakukan dengan upaya matang agar penerapan protokol kesehatan PTM terbatas dapat terlaksana dengan baik.
Bupati Bogor, Ade Munowaroh Yasin menyampaikan, pihaknya mendorong 100 persen satuan pendidikan di Kabupaten Bogor melaksanakan PTM terbatas. Dia memastikan, pemerintah daerah akan terus melakukan pemantauan monitoring agar tidak terjadi klaster di sekolah.
Beberapa waktu sebelumnya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan, kesiapan sekolah menggelar PTM telah meningkat signifikan. Hal tersebut berdasarkan hasil pengawasan penyiapan PTM yang telah dilakukan KPAI sejak 2020.
Retno menyampaikan, hasil pengawasan PTM pada 2020 menunjukkan hanya ada 16,7 persen sekolah yang diawasi, siap menggelar PTM di masa pandemi. "Tapi, kali ini (hasil pengawasan pada 2021) sudah menyentuh angka 79,54 persen ketika dirata-rata," ungkap Retno pada rapat koordinasi nasional secara virtual, Senin (30/8). Rapat tersebut membahas hasil pengawasan persiapan PTM terbatas dan program vaksinasi anak usia 12 sampai 17 tahun.