REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Serbuan Vaksinasi yang diselenggarakan TNI Angkatan Laut kini menyasar sekolah dan pesantren. Kegiatan ini untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di wilayah PPKM level 1-3. Sebelumnya, program ini dikhususkan pada daerah pesisir maupun daerah-daerah pelabuhan, perikanan, dan pulau terluar.
"Daerah-daerah tersebut yang sudah tervaksin ini kita arahkan untuk berikutnya ke tempat sekolah-sekolah, pesantren sehingga proses tatap muka nantinya apabila mereka sudah divaksin tentunya akan menambah herd immunity," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono dikutip dalam Youtube Sekretariat Wakil Presiden, Jumat (17/9).
Yudo menyampaikan hal tersebut saat mendampingi Wapres Ma'ruf Amin meninjau pelaksanaan vaksinasi di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara Banten yang merupakan bagian program Serbuan Vaksinasi TNI AL.
Ia mengatakan, dengan serbuan vaksinasi di warga sekolah maupun pesantren akan menambah kekebalan kelompok atau herd immunity di antara pelajar maupun pengajar. Sehingga pelaksanaan PTM terbatas bisa berjalan lancar.
"Tentunya para siswa maupun pengajar dapat dengan tenang melaksanakan proses belajar mengajar dengan tatap muka," ujarnya.
Yudo juga telah menekankan pada jajarannya untuk melanjutkan program Serbuan Vaksinasi TNI AL ini. Selain ke daerah pesisir maupun terluar, juga diarahkan ke pelajar maupun sekolah di daerah-daerah.
"Sudah kita tekankan kepada seluruh jajaran TNI Angkata Laut mulai Sabang sampai Merauke yang selama ini terus melanjutkan kegiatan serbuan vaksinasi, sementara ini kita arahkan ke pelajar dan sekolah-sekolah," ujar Yudo.
"Harapan kita tadi karena sudah dibuka proses tatap muka sehingga ini dapat segera para siswa maupun guru dapat tercapai semua untuk serbuan vaksinasi," katanya lagi.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, meminta sekolah yang ada di wilayah PPKM level tiga sudah mulai pembuka PTM terbatas. Ia menekankan, PTM terbatas dibuka tanpa harus menunggu vaksinasi keseluruhan.
"Vaksinasi itu harus mengejar tatap muka. Bukan tatap muka yang mengejar vaksinasi. Jadinya sekolah-sekolah di level 1-3 itu harus segera melaksanakan tatap muka terbatas," ujar Nadiem.
Karena, jika tidak dipaksakan, sekolah di Indonesia tidak akan berlatih untuk menerapkan protokol kesehatan baru dan tidak akan memulai PTM. Padahal pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang selama ini dilaksanakan selama pandemi tidsk efektif bagi siswa.
Karena itu, proses vaksinasi akan terus dilakukan, namun PTM terbatas sekolah di wilayah yang dibolehkan harus segera dibuka. Termasuk PAUD dan SD.
"Barulah tugasnya vaksinasi adalah untuk mengejar tatap muka terbatas tersebut untuk memastikan prioritas nomor satu adalah tenaga pendidik, guru dan tenaga pendidik. Baru setelah itu murid-murid di atas umur 12 dan juga orang tua murid," ujar Nadiem.
"Vaksinasi bukan menjadi kriteria tatap muka tapi malah kalau semuanya gurunya sudah lengkap divaksinasi, dia wajib mengerjakan tatap muka. Jadi sekali lagi vaksinasi yang mengejar tatap muka terbatas bukan tatap muka mengejar vaksinasi," katanya.