REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA—Saygı ztürk, seorang jurnalis yang telah lama meliput urusan agama di Turki, menulis dalam kolomnya di harian Sözcü bahwa ada kultus Islam yang berkembang dari komunitas Suriah di Turki. Menyebarnya ajaran yang menyimpang ini, kata dia, merupakan akibat dari ketidakmampuan Direktorat Urusan Agama (Diyanet) untuk secara efektif mengawasi urusan agama di negara itu.
Kelompok-kelompok seperti kultus mistik Sufi Shadhili, yang dipimpin oleh Sheikh Ubeydullah El Kadiri, telah mampu berkembang pesat dan menarik banyak pengikut Turki. Kultus Shadili tiba di Turki dengan hampir empat juta pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara di Suriah, kata ztürk. Orang-orang Suriah ini, yang sekarang tinggal di Turki, mempertahankan hubungan dengan sekte Shadhili di negara asal mereka, dan mulai menarik dukungan Turki.
“Sekarang, dikabarkan bahwa Syekh El Kadiri memiliki lebih dari tiga puluh khalifah, pemimpin agama, dan pengikut yang luas, terutama di provinsi tenggara Gaziantep,” kata ztürk yang dikutip di Duva, Jumat (17/9).
Menurut ztürk, kelompok ini lebih banyak menjaring anak-anak muda dan memberikan icazet, izin untuk melakukan tugas keagamaan atau berdakwah, kepada orang-orang berusia 30-33 tahun, yang kemudian menyebarkan ajaran aliran sesat ini di kampung halaman mereka. Pada gilirannya, orang-orang muda itu menarik lebih banyak orang muda, dan mempercepat penyebarannya.
“Penyebaran cepat aliran sesat ini adalah akibat langsung dari pengabaian tugas oleh Diyanet,” kata ztürk.
“Diyanet harus memperingatkan orang-orang tentang risiko bergabung dengan kelompok semacam itu dan melakukan penelitian tentang praktik mereka,” sambungnya.
Diyanet harus bermitra dengan Organisasi Intelijen Turki (MİT) dan menyelidiki pemimpin dan anggota sekte ekstremis tersebut, ujarnya. Meski begitu Diyanet tidak melakukannya, dan secara tidak langsung membiarkan menjamurnya aliran sesat dan kelompok agama ini di tengah warga Turki.
Sumber: