REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan serangan drone ke Kabul menewaskan 10 orang warga sipil, termasuk tujuh orang anak-anak. Militer meminta maaf atas apa yang mereka sebut 'kesalahan tragis'.
Pentagon mengatakan serangan 29 Agustus lalu mengincar pelaku serangan bom bunuh diri yang mengancam pasukan AS di bandara Kabul. Ketika personel militer AS hendak meninggalkan Afghanistan.
Walaupun sudah ada laporan serangan tersebut memakan korban jiwa warga sipil. Jenderal-jenderal AS mengatakan serangan tersebut keputusan yang 'tepat'.
Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Korps Marinir Frank McKenzie mengatakan saat serangan dilakukan ia yakin akan mencegah ancaman terhadap pasukan di bandara.
"Sekarang penyelidikan kami menyimpulkan serangan itu kesalahan tragis," kata McKenzie pada wartawan, Sabtu (18/9).
Ia mengatakan kini ia yakin yang tewas dalam serangan tersebut bukan anggota ISIS-Khorasan atau ancaman terhadap pasukan AS. McKenzie mengatakan Pentagon sedang mempertimbangkan ganti ruginya.
Tewasnya warga sipil dalam serangan pesawat tanpa awak membuat masa depan kontra-teroris AS di Afghanistan dipertanyakan. Sejak militer AS resmi mundur dari negara itu, AS berhenti mengumpulkan data intelijen.
Kematian warga sipil juga menjadi bahan bakar para kritikus menyerang kekacauan penarikan pasukan dan evakuasi warga AS dan Afghanistan dari negara tersebut. Kekacauan tersebut menjadi krisis terbesar dalam pemerintahan Presiden Joe Biden.
Dalam pernyataannya Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan serangan drone menewaskan Ahmadi. Pegawai organisasi non-profit yang bernama Nutrition and Education International.
"Kini kami tahu Pak Ahmadi tidak memiliki hubungan dengan ISIS-Khorasan, aktivitasnya pada hari itu benar-benar tidak berbahaya dan tidak ada hubungannya dengan ancaman yang sebelumnya kami yakini," kata Austin.
"Kami meminta maaf dan kami berusaha belajar dari kesalahan mengerikan ini," tambahnya.
Sangat jarang petinggi Pentagon termasuk menteri pertahanan meminta maaf pada warga sipil yang tewas dalam serangan militer. Tapi militer AS melaporkan jumlah warga sipil yang tewas dalam operasi mereka di seluruh dunia.