REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lebih dari 10 ribu migran berkumpul di bawah jembatan yang menghubungkan Del Rio di Texas ke Ciudad Acua, di Meksiko. Dari jumlah tersebut, pejabat setempat memindahkan sekitar 2.000 orang ke stasiun imigrasi untuk diproses.
Dikatakan, pemerintah AS berencana untuk menerbangkan para migran kembali ke tempat asal mereka. Menurut informasi, penerbangan dimulai Ahad (19/9), dengan koordinasi yang terus berjalan bersama negara-negara asal mereka.
Mengetahui banyak warganya yang merupakan migran gelap, Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, menyatakan peraturan baru bagi para migran. Pihaknya, mengaku akan bersiap menyambut para migran yang akan kembali.
Namun demikian, banyak dari para migran Haiti itu takut untuk kembali. "Di Haiti, tidak ada keamanan," ujar Fabricio Jean (38 tahun) yang bermigrasi bersama istri dan dua putranya, dikutip BBC, Ahad (19/9). Menurut dia, negara tersebut sedang dalam krisis politik.
Lebih lanjut, imigran lain, Stelin Jean (29) mengatakan, banyak orang yang saling bunuh di Haiti. Namun tidak mendapat keadilan dari pemerintah. "Saya hanya ingin menjalani kehidupan yang tenang tanpa masalah, saya ingin tinggal di suatu tempat di mana saya tahu ada keadilan," katanya.
Tetapi, pemerintah AS melalui Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan, transfer akan berlanjut untuk memastikan para migran gelap segera ditahan, diproses, dan dikeluarkan dari Amerika Serikat sesuai dengan hukum dan kebijakan yang ada. Ia menambahkan, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS juga telah mengirim 400 agen tambahan ke Del Rio, sebuah kota dengan populasi sekitar 35 ribu orang.
Keadaan Darurat
Dengan adanya kebijakan tersebut, Wali Kota Del Rio Bruno Lozano, telah menyatakan keadaan darurat, dan menggambarkan situasi ini sebagai yang pertama dan tampak tidak nyata di wilayahnya. Dia mengatakan, patroli perbatasan telah kewalahan, khususnya, ketika para migran yang gelisah itu hidup dalam kondisi yang tidak memungkinkan.
Diketahui, kamp darurat di Del Rio memiliki beberapa layanan dasar. Namun, para migran di sana dihantui dengan suhu 37 celcius, setelah sebelumnya sempat mengarungi sungai Meksiko untuk mendapatkan perlindungan. Lebih jauh, Pemerintah AS juga telah melaporkan lonjakan migran di perbatasan Meksiko tahun ini. Disebutkan, jumlah migran yang ditahan di sana hingga Juli melebihi 200 ribu orang. Menurut data pemerintah, jumlah itu merupakan yang terbesar dalam 21 tahun terakhir.
zainur mahsir ramadhan