REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian pada Senin (20/9) menyatakan bahwa, ada krisis kepercayaan dengan Amerika Serikat (AS), setelah penandatanganan kesepakatan kapal selam nuklir antara AS, Inggris, dan Australia. Penandatanganan tersebut merugikan Paris yang sebelumnya telah menandatangani kontrak pertahanan dengan Canberra.
“Ada krisis kepercayaan di luar fakta bahwa kontrak dilanggar, seolah-olah Eropa tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan posisi di kawasan itu (Indo-Pasifik),” kata Le Drian, dilansir Alarabiya, Selasa (21/9).
Pada 15 September, AS, Inggris, dan Australia mengumumkan aliansi keamanan Indo-Pasifik baru yang disebut Aukus. AS dan Inggris akan melengkapi Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir. Hal ini secara luas dipandang sebagai langkah untuk melawan pengaruh China yang berkembang di kawasan tersebut.
Australia kemudian membatalkan kontrak multi-miliar dolar dengan Prancis untuk membangun 12 kapal selam diesel-listrik konvensional. Kontrak tersebut dibuat pada 2016.
Pengumuman pembatalan itu membuat Paris marah dan menuduh Washington bermuka dua. Paris juga menuding Canberra telah berkhianat, dan menyatakan bahwa ada krisis kepercayaan di jantung aliansi Barat.
Baca juga : Prancis Bantah Lobi Eropa Batalkan Dagang dengan Australia
Le Drian mengatakan, AS memfokuskan kebijakan luar negerinya untuk menghadapi China. Sementara Eropa harus bersatu dalam memprioritaskan strategi dan kepentingan mereka sendiri. "Kepentingan fundamental Eropa perlu diperhitungkan oleh AS yang merupakan sekutu kami. Dan Eropa tidak boleh ketinggalan dalam strategi yang dipilih AS,” kata Le Drian.
Sebelumnya, Presiden Dewan Eropa Charles Michel menuduh AS tidak memiliki loyalitas atas kesepakatan kapal selam dengan Australia. Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menggambarkan perlakuan Washington terhadap Paris sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.