Jumat 24 Sep 2021 00:03 WIB

Timbul Klaster Sekolah, Perlukah Tes Covid-19 Berkala?

Sekolah di New York, AS menjalankan tes Covid-19 secara berkala.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Siswa kelas tujuh mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di SMPN 6 Batam, Kepulauan Riau, Selasa (21/9/2021). Kasus Covid-19 merebak menjadi klaster di 1.296 sekolah di seluruh Indonesia.
Foto: ANTARA/Teguh Prihatna
Siswa kelas tujuh mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di SMPN 6 Batam, Kepulauan Riau, Selasa (21/9/2021). Kasus Covid-19 merebak menjadi klaster di 1.296 sekolah di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Pulungan SpA(K) menyebut pengujian Covid-19 secara berkala di sekolah sulit diterapkan. Kondisi di Indonesia tidak dapat dibandingkan dengan di New York, Amerika Serikat (AS) yang memberlakukan tes acak mingguan sebagai upaya mempercepat penemuan kasus penyakit wabah ini di antara siswa dan guru.

"Tidak bisa (menyarankan) karena akses mereka (AS) terhadap testing (pengujian) dan tracing (penelusuran) ini lebih mudah," kata Aman ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/9).

Baca Juga

Terjadinya klaster sekolah, menurut Aman, adalah bukti bahwa tracing berjalan lambat. Sebanyak 1.296 sekolah di seluruh Indonesia terpantau menjadi klaster Covid-19 hingga menimbulkan kekhawatiran secara luas bahwa kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) belum aman untuk dilakukan.

Menurut Aman, terdapat sejumlah pertanyaan mengenai terjadinya klaster Covid-19 di sekolah. Positivity rate daerah penyelenggara sekolah tatap muka, kepatuhan terhadap batasan lama waktu belajar di sekolah, hingga disiplin pemakaian masker menjadi titik kritisnya.

"Apakah sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka berada di daerah yang memiliki positivity rate di bawah delapan persen, apakah kegiatan belajar mengajar secara langsung tepat berlangsung hanya dua jam, apakah ada murid yang makan dan membuka masker selama berada di sekolah, dan bagaimana pengaturan transportasi ke dan dari sekolah?" kata Aman.

Selain itu, keterbukaan guru maupun orang tua mengenai kondisi masing-masing juga sangat berperan dalam keamanan pembelajaran secara tatap muka. Sebagai contoh, saat merasa tidak enak badan, apakah baik guru dan staf di sekolah, maupun orang tua akan jujur menyampaikan hal ini.

Baca juga : 2,77 Persen dari 47 Ribu Sekolah Timbulkan Klaster Covid-19

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement