REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah kabar terkait banyaknya klaster Covid-19 di sekolah yang muncul usai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas kembali digelar. Menurutnya, dari data sampel yang diambil justru menunjukan jumlah kluster sekolah yang lebih sedikit.
“Jadi kalau kemarin banyak diskusi atau beredar hoaks klasternya banyak, sebenarnya tidak demikian. Kami sampaikan datanya secara transparan,” ungkapnya saat konferensi pers usai rapat terbatas terkait PPKM, Senin (27/9).
Ia menjelaskan, pihaknya melakukan sampling di sejumlah sekolah di Jakarta dan Semarang. Dari beberapa sekolah di Jakarta, terdapat sekitar 80-90 subjek dites Covid-19 dan di Semarang sebanyak 258 subjek yang dites. Dari sampling tersebut menunjukan hasil yang beragam.
Menurutnya, jika ditemukan kasus di sekolah-sekolah dalam survei tersebut angkanya terhitung kecil. Artinya, kata dia, tidak terjadi kluster atau penyebaran di sekolah.
“Karena klaster itu kita definisikan kalau penyebaran terjadi di sekolah. Misalnya SDN Rawasari 30 orang diswab yang positif cuma 1 ya pasti itu bukan klaster. Kemungkinan besar itu misalnya SMP PGRI 20 Duren sawit dari 266, 21 positif nah itu kemungkinan besar klaster. Tapi kalau cuma satu orang itu enggak,” jelasnya.
Lebih lanjut, Menkes Budi pun menegaskan bahwa PTM terbatas ini tak bisa ditunda lagi. Masyarakat harus bisa belajar untuk hidup berdampingan dengan Covid-19. Menurut dia, munculnya kasus di sekolah tak berarti masyarakat harus menghindari kegiatan PTM terbatas.
Karena itu, saat ini pihaknya tengah fokus untuk melakukan surveillance dari yang sebelumnya passive case finding menjadi active case finding.
“Karena (kasus) sudah sedikit, kita yang keluar kita yang mengejar bola, kita yang aktif mencari. Bukan kita menunggu kalau ada yang panas atau bergejala, kita yang aktif keluar mengejar bolanya,” jelas Budi.