REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar terus menjalankan program petani milenial sebagai inovasi untuk menarik minat menjadi petani di kalangan generasi muda. Menurut Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, kaum petani muda dan intelektual harus bertani dengan ilmunya dan menggandeng teknologi yang lain.
"Karena kalau sistem bertaninya masih tradisional, akan habis kalah bersaing. Teknologi ini, satu keharusan," ujar Uu Ruzhanul di acara Launching Petani Milenial Kehutanan Komoditas Jamur Kayu secara virtual, Selasa (28/9).
Uu menilai, secanggih-canggihnya teknologi kalau tak ada pangan dan sandang maka tak bisa apa-apa. "Karena kita tak makan beton, perjuangkan teknologi yang lain tapi perjuangkan juga teknlogi yang bergerak di bidang pertanian. Termasuk jamur kayu ini, permintaannya sangat luar biasa tapi produksi masih kurang makanya program petani milenial diarahkan ke jamur kayu," paparnya.
Uu mengatakan, bangga karena semua pihak sudah bekerja sama membuat program petani milenial yang mengembangkan jamur kyai. Bahkan, salah satu pesantren di Sukabumi pun turut andil mengembangkan jamur kayu ini. Begitu juga perusahaan yang sudah memberikan CSR dan perbankan yang sudah mengucurkan dananya ke petani.
"Petani selama ini sulit untuk mengakses pendanaan. Karena, petani selalu identik dengan kemiskinan dan kerugian jadi perbankan tak melirik tapi alhamdulillah sekaranv perbankan mau membantu," katanya.
Uu berharap, semua petani milenial mau mengajak teman se-kampus, se-sekolah dan se-kampung agar mau menjadi petani agar pertanian di Jabar semarak. Saat ini di Jabar, petani mulai habis karena semakin minim peminat.
"Jabar dulu menyumbang terbesar beras. Jabar hanya mampu menyumbang ranking ke tiga nasional. Karena sawah tinggal 900 ribu ha. Termasuk semakin sedikitnya keluarga yang menjadi petani," katanya.
Sementara menurut Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, Epi Kustiawan, petani jamur kayu menggunakan dua skema. Pertama, pinjaman KUR dengan off taker Ketua Koperasi Wanayasa Lestari.
"Awalnya Ketua Koperasi Wanayasa, Surya ini petani jamur ini milenial, kemudian membentuk koperasi dan bisa jadi off taker karena menjadi mitra binaan cabang dinas," katanya.
Epi berharap, ke depan petani jamur yang dibina di program petani milenial budi daya jamur sebanyak 5 atau 6 petani milenial ini bisa jadi off taker. Lokasinya, semua petani milenial tersebut ada di cabang dinas bisa jadi off taker.
"Aset Pemprov Jabar tak tidur. Jadi aset dinas dipakai untuk petani millenial budi daya jamur ini," katanya.