REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Umum MUI Buya Anwar Abbas mengatakan, hantaman ideologi komunisme makin marak terdengar. Untuk itu masyarakat serta bangsa Indonesia harus merapatkan diri mempertahankan Pancasila.
"Indonesia sebagai bangsa harus mempertahankan ideologi Pancasila di tengah hantaman ideologi komunisme yang menghantam," kata Anwar dalam rilis yang diterima Republika, Jumat (1/10).
Komunisme, kata dia, adalah sebuah ideologi dalam bidang politik maupun dalam bidang ekonomi. Namun dia melihat bahwa di masa sekarang, ideologi komunisme tersebut tampak lebih menonjol dalam bidang politik.
Di mana kekuasaan itu dipusatkan dan terpusat pada salah satu partai saja seperti Partai Komunis Cina (PKC). Di mana segala hal yang menyangkut kehidupan politik diatur dan dikendalikan oleh segelintir orang saja yang duduk dalam politbiro partai. Tapi dalam bidang ekonomi, kata dia, Cina sudah meliberalisasikan dirinya dengan mengakui kepemilikan dan hak-hak pribadi serta memberikan kebebasan yang cukup luas kepada para pelaku pasar untuk bersaing.
Untuk itu dia menilai, di Cina saat ini sangat banyak bermunculan orang-orang kaya baru seperti Jack Ma dan lainnya. Tetapi meskipun mereka sudah menjadi orang-orang kaya dan kekayaan mereka diakui dan dilindungi oleh negara, kata dis, kebebasan berekspresi mereka tidak boleh menentang pemerintahan.
Jadi dengan demikian sebenarnya, kata dia, ideologi komunisme dalam bidang ekonomi itu masih ada karena pemerintah secara makro ekonomi masih memainkan peranan yang sangat dominan di dalam menentukan arah dan warna terhadap pasar dan para pelakunya.
Dengan komunisme gaya baru ini, Anwar menilai, Cina tampak sangat berhasil dalam membuat dunia terpesona karena Cina telah berhasil menjadikan dirinya dari perspektif PDB menjadi salah satu dari dua raksasa ekonomi dunia di samping Amerika. Hal ini tentu saja telah membuat ideologi komunisme sekarang ini menjadi sebuah ideologi yang seksi.
"Apalagi melihat dan membandingkan dengan bagaimana bobroknya praktek dari ideologi liberalisme kapitalisme, serta ketidakmampuannya memberi harapan bagi terciptanya keadilan dan pemerataan ekonomi," kata dia.
Tetapi meskipun demikian, dia menilai, Indonesia sebagai bangsa jelas tetap tidak bisa menerima kehadiran ideologi komunisme di negeri ini. Sebab Indonesia sebagai bangsa sudah mempunyai ideologi sendiri yang disebut dengan ideologi Pancasila dimana sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Yaitu sebuah sila yang sangat dibenci dan dimusuhi oleh ideologi komunisme karena mereka melihat agama itu adalah sebagai candu yang akan merontokkan tubuh dari orang yang menghisap dan mengkonsumsinya.
"Jadi yang namanya ideologi komunisme melihat agama itu tidak baik dan akan merusak masyarakat dan rakyat luas. Oleh karena itu mereka telah menjadikan agama sebagai musuh terbesar bagi ideologi mereka," kata dia.
Pandangan-pandangan mengenai komunisme dinilai sekarang sudah banyak menyebar dan diterima di kalangan masyarakat Indonesia. Tidak hanya di kalangan rakyat miskin, tapi juga di kelompok orang-orang kaya dan terdidik. Kenyataan seperti Ini dinilai sangat disayangkan dan sangat berbahaya.
Sebab, kata dia, ideologi komunisme akan mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai bangsa. Bahkan kalau seandainya paham ini terus berkembang dan tidak terkendalikan, kata dia, maka tidak mustahil eksistensi bangsa ini akan terancam.
"Untuk itu mereka telah berusaha untuk merebut kekuasaan dan simpati melalui cara-cara yang konstitusional atau semi konstitusional. Dan bila mereka sudah menganggap dirinya benar-benar siap, maka mereka dengan kekuatan politik dan ekonominya tentu saja akan berusaha untuk mencengkramkan tangan dan kakinya semakin lebih kuat lagi," kata dia.