REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS -- University of Illinois di Amerika Serikat (AS) mengharuskan mahasiswa untuk divaksinasi. Tetapi beberapa dari mereka meminta pengecualian karena alasan agama atau medis.
Guna mengajukan pengecualian ini, mahasiswa di sana harus mengisi formulir. Mereka kemudian harus mengirim surel itu.
Isi surel ini juga meminta para mahasiswa untuk menulis deskripsi mengapa mereka tidak bisa mendapatkan vaksin, termasuk karena keyakinan agama.
Dekan Kemahasiswaan University of Illinois Stephen Bryan mengatakan 838 mahasiswa telah mengajukan permohonan tak menerima vaksin Covid-19 karena alasan agama. Sebanyak 826 dari siswa tersebut telah diberikan izin pengecualian vaksin karena agama dan ada 12 pengajuan yang ditolak.
Stephen mengatakan hampir setengah dari mahasiswa yang mengajukan pengecualian agama telah mengutip keyakinan mereka tentang aborsi, khususnya garis sel janin yang diaborsi yang mereka yakini telah digunakan dalam vaksin. Sisanya mengatakan tubuh mereka adalah kuil Tuhan. Sehingga mereka percaya pada penyembuhan alami, atau tidak ingin menyuntikkan racun ke dalam tubuh mereka.
"Saya akan menuruti kata-kata mahasiswa. Saya tidak memiliki alasan untuk meragukan bahwa mereka tidak jujur dan belum menerima laporan dari seseorang yang tidak jujur dalam hal itu," kata Stephen dilansir dari WCIA pad Jumat (1/10).
Selain itu, Stephen menyebut 84 mahasiswa telah mengajukan permintaan pengecualian medis. Sebanyak 63 mahasiswa diberikan izin ini.
Tercatat, mahasiswa sarjana di University of Illinois sudah 91 persen divaksinasi di Universitas. Mahasiswa pascasarjana dan profesional hampir 95 persen divaksinasi. Pegawai negeri di sana 74 persen dan pegawai fakultas 88 persen divaksinasi.
Stephen menyebut ada pengingat penting jika mahasiswa tidak divaksinasi tanpa pengajuan pengecualian. Misalnya mahasiswa sarjana diharuskan untuk melakukan uji dan menerima hasil negatif Covid-19 setiap hari.
"Mahasiswa pascasarjana dan profesional, termasuk staf fakultas diwajibkan untuk menguji dan menerima hasil negatif Covid-19 setidaknya dua kali seminggu," ucap Stephen.