Rabu 06 Oct 2021 15:17 WIB

27 Kali Letusan Terjadi di Gunung Lewotolok

27 kali letusan itu terjadi Selasa (5/10) pukul 00.00 WITA hingga pukul 24.00 wita.

Gunung api Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata,  Nusa Tenggara Timur (NTT).
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
Gunung api Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pos Pemantau Gunung Api Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), melaporkan terhitung sejak Selasa (5/10) pukul 00.00 WITA hingga pukul 24.00 wita telah terjadi 27 kali letusan dari gunung tersebut. Dari 27 kali letusan itu tinggi letusannya sekitar 300 hingga 500 meter.

"Dalam sehari kemarin memang cukup banyak letusannya, tetapi interval letusannya tidak tentu dengan waktu paling cepat 15 menit," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Lewotolok Stanis Ara Kian dihubungi dari Kupang, Rabu (6/10).

Baca Juga

Ia menjelaskan, letusan yang terjadi di gunung Lewotolok tersebut disertai dentuman dan gemuruh lemah hingga kuat dengan lontaran lava pijar mencapai satu kilometer arah tenggara dan barat daya sejauh 300 meter. Ia menambahkan walaupun jumlah letusannya mencapai 27 kali dalam sehari, durasi letusannya tidak lama, yakni hanya berkisar dari 24 sampai 45 detik.

Hingga saat ini, gunung tersebut masih dalam status siaga atau Level III setelah ditetapkan sejak Desember 2020. Lebih lanjut, ia mengatakan berdasarkan laporan pemantauan sejak Rabu (6/10) pukul 00.00 WITA sampai 06.00 WITA intensitas letusan juga masih cukup tinggi, yakni 11 kali letusan dan tinggi letusannya masih di bawah 1000 meter. Saat ini intensitas letusannya mulai menurun.

Pos Pemantau setempat merekomendasikan kepada masyarakat di sekitar Lewotolok maupun pengunjung/pendaki atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak/kawah Gunung Lewotolok. Masyarakat Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak/kawah Gunung Lewotolok.

Ia mengingatkan agar potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya, masyarakat yang berada di sekitar Gunung Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. "Abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Lewotolok, masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotolok agar mewaspadai ancaman lahar terutama di saat musim hujan," ucapnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement