Rabu 06 Oct 2021 19:57 WIB

Perbankan Ungkap Sistem Usaha Petani  Kurang Efisien

Petani perlu ditingkatkan kapasitasnya supaya memperoleh hasil yang lebih baik.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Petani merontokkan gabah hasil panen (ilustrasi). Transaksi komoditas pangan dinilai tidak efisien.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Petani merontokkan gabah hasil panen (ilustrasi). Transaksi komoditas pangan dinilai tidak efisien.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para petani khususnya komoditas jagung didorong untuk berkorporasi agar bisa memperoleh fasilitas permodalan dari perbankan. Korporasi secara langsung dapat memotong rantai pasok sehingga keuntungan diperoleh lebih tinggi tanpa harus mengurangi keuntungan.

Kepala Divisi Agribisnis PT Bank BRI, Mochamad Choliq Adi, menuturkan, dari hasil pengamatan BRI dalam membantu permodalan, terdapat ketidakeifisenan dalam transaksi komoditas pangan, termasuk jagung yang dilakukan oleh petani. Petani di Indonesia mayoritas baru sebatas bercocok tanam dan menjual hasil produksinya dengan kadar air yang tinggi atau di atas 30 persen.

Baca Juga

"Kondisi ini dimanfaatkan oleh pengepul pertama, dia keringkan jagungnya sampai sekitar kadar air 25 persen sehingga dia dapat nilai jualnya," kata Choliq dalam sebuah webinar, Rabu (6/10).

Belum selesai pada pengepul pertama, jagung tersebut kemudian diambil oleh pengepul kedua yang melakukan pengeringan hingga 17 persen. Adapun jagung tersebut dibeli dari pengepul pertama dengan harga sekitar Rp 4.850 per kg - Rp 5.000 per kg ditambah biaya transportasi sekitar Rp 150 per kg.