REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Papua, mengonfirmasi 29 kasus positif Covid-19 muncul di Pekan Olahraga Nasional XX Papua, per Selasa (5/10) malam WIB. Dari 29 kasus tersebut, tidak semuanya berstatus sebagai atlet. Akan tetapi ada juga yang bertugas sebagai ofisial dan panitia pelaksana PON XX Papua.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama memberikan sejumlah saran terkait adanya 29 kasus positif tersebut. Menurut Tjandra, bila saat datang ke Papua 29 orang tersebut sudah menjalani polymerase chain reaction (PCR), maka artinya mereka tertular di Papua. "Jadi 3T (testing, tracing, treatment) harus digiatkan di Papua untuk dapat situasi epidemiologi yang tepat," kata Tjandra dalam pesan singkatnya, Rabu (6/10).
Karena, sambung Tjandra, beberapa atlet yang terkonfirmasi positif disebutkan cycle threshold value (CT Value) rendah. Padahal, seharusnya seorang atlet tentu memiliki daya tahan tubuh bagus, tapi ternyata tetap tertular. "Maka baik kalau semua yang positif, semuanya diperiksa whole genome sequencing (WGS)," ucapnya.
Selain itu, telusur juga harus dilakukan pada semua yang kontak dengan 29 orang yang terkonfirmasi posittof tersebut. Bahkan, harus ditargetkan, dari seorang diperiksa sedikitnya 15 kontak. Maka setidaknya harus diperiksa 450 orang.
"Tentu termasuk sesama atlit, ofisial, petugas hotel dan lainnya. Kalau dulu pernah ditargetkan periksa 30 kontak maka artinya yang hrs diperiksa 900 orang, termasuk masyarakat setempat yang mungkin kontak juga," terang Tjandra.
Oleh karenanya, kedisplinan protokol kesehatan penonton dan pertandinhan olahraga harus jauh lebih ditingkatkan. Surveilans juga harus lebih digiatkan agar didapat tren yang baik. "Dan surveilans tentu perlu dikaitkan dengan 3 hal, lokasi, jenis olahraga yang ada serta karakteristik penonton di lokasi itu," kata dia
Tjandra menambahkan, para atlet yang tekonfirmasi positif, sebaiknya ditangani sampai didapatkan hasil negatif. Jangan hanya mengikuti panduan yang sekian hari dapat bebas isolasi atau karantina. "Kalau atlet nanti pulang ke daerahnya masing-masing, maka masih perlu dalam pengawasan, akan baik juga kalau keluarganya diawasi karena kemungkinan kontak," ujar Tjandra.