Selasa 19 Oct 2021 10:51 WIB

AS Berencana Izinkan Merek Berbeda untuk Vaksin Booster

AS berencana izinkan pemberian vaksin booster yang berbeda dari dosis pertama.

Vaksin Johnson & Johnson atau vaksin Janssen (ilustrasi). Panel penasihat FDA dilaporkan mendukung penggunaan booster dengan vaksin produksi Moderna serta Johnson & Johnson.
Foto: AP/Rahmat Gul
Vaksin Johnson & Johnson atau vaksin Janssen (ilustrasi). Panel penasihat FDA dilaporkan mendukung penggunaan booster dengan vaksin produksi Moderna serta Johnson & Johnson.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) berencana mengizinkan warganya untuk mendapatkan dosis booster (penguat) vaksin Covid-19  yang berbeda dari dosis pertama, New York Times melaporkan pada Senin. FDA pada September merestui penggunaan vaksin booster buatan Pfizer-BioNTech pada lansia di atas 65 tahun dan sejumlah warga Amerika yang sangat berisiko.

Panel penasihat FDA juga mendukung penggunaan booster dengan vaksin produksi Moderna serta Johnson & Johnson. Sebelumnya, New York Times melaporkan bahwa pemerintah tidak akan merekomendasikan vaksin berbeda.

Baca Juga

Menurut laporan tersebut, Pemerintah AS kemungkinan akan menyebutkan bahwa penggunaan vaksin yang sama sebagai booster, jika memungkinkan, lebih disukai. FDA enggan mengomentari masalah tersebut.

Para pejabat kesehatan AS berada di bawah tekanan untuk mengizinkan penggunaan dosis tambahan setelah Gedung Putih pada Agustus mengumumkan rencana untuk memperluas kalangan yang perlu mendapat vaksin booster. Rencana itu kini menunggu persetujuan dari FDA serta Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC).

Sementara itu, ilmuwan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada Selasa (12/10) mengatakan Moderna belum memenuhi semua kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan izin sebagai vaksin penguat (booster) Covid-19. Hal ini kemungkinan akibat kemanjuran dua dosis pertama dari vaksin buatannya masih kuat.

Dalam dokumen staf FDA mengatakan data vaksin Moderna menunjukkan bahwa dosis booster meningkatkan perlindungan antibodi. Namun, perbedaan jumlah antibodi sebelum dan sesudah vaksinasi tidak cukup signifikan, terutama pada orang dengan jumlah antibodi yang masih tinggi.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement