REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) berencana mengizinkan warganya untuk mendapatkan dosis booster (penguat) vaksin Covid-19 yang berbeda dari dosis pertama, New York Times melaporkan pada Senin. FDA pada September merestui penggunaan vaksin booster buatan Pfizer-BioNTech pada lansia di atas 65 tahun dan sejumlah warga Amerika yang sangat berisiko.
Panel penasihat FDA juga mendukung penggunaan booster dengan vaksin produksi Moderna serta Johnson & Johnson. Sebelumnya, New York Times melaporkan bahwa pemerintah tidak akan merekomendasikan vaksin berbeda.
Menurut laporan tersebut, Pemerintah AS kemungkinan akan menyebutkan bahwa penggunaan vaksin yang sama sebagai booster, jika memungkinkan, lebih disukai. FDA enggan mengomentari masalah tersebut.
Para pejabat kesehatan AS berada di bawah tekanan untuk mengizinkan penggunaan dosis tambahan setelah Gedung Putih pada Agustus mengumumkan rencana untuk memperluas kalangan yang perlu mendapat vaksin booster. Rencana itu kini menunggu persetujuan dari FDA serta Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC).
Sementara itu, ilmuwan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada Selasa (12/10) mengatakan Moderna belum memenuhi semua kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan izin sebagai vaksin penguat (booster) Covid-19. Hal ini kemungkinan akibat kemanjuran dua dosis pertama dari vaksin buatannya masih kuat.
Dalam dokumen staf FDA mengatakan data vaksin Moderna menunjukkan bahwa dosis booster meningkatkan perlindungan antibodi. Namun, perbedaan jumlah antibodi sebelum dan sesudah vaksinasi tidak cukup signifikan, terutama pada orang dengan jumlah antibodi yang masih tinggi.