REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Bagi banyak warga Irak, Colin Powell adalah wajah invasi Amerika Serikat (AS) yang menewaskan 200 ribu orang selama hampir dua dekade yang berakhir pada kekacauan dan gejolak di seluruh kawasan. Kematian Powell tidak membuat warga Irak sedih.
Jutaan warga Irak masih bergulat dengan bencana yang ditimbulkan invasi dan pemberontakan yang terjadi usai perang 2003. Powell sendiri mengakui konflik itu noda bagi warisan kebijakan luar negerinya.
Warga Kota Mosul di utara Irak masih menanggung beban pemberontakan ISIS. Ucapan eulogi mereka pada Powell begitu keras.
"Amerika membuat Irak jauh lebih buruk karena mereka menghancurkan seluruh negeri dan mereka alasan orang-orang dari luar Irak datang untuk mengusai Irak, ia membawa kekacauan ke Irak," kata warga Kota Mosul, Khaled Jamal, seperti dikutip the Guardian, Rabu (19/10).
Di Sidang Umum PBB tahun 2004 lalu Powell mengakui kecacatan perang AS di Irak. "Dia bagian penting dari ini, karena ia pembohong utama yang memberikan alasan tak mendasar bagi Amerika menyerang Irak," tambah Jamal.
Warga Mosul lainnya Suha Mutlak memberikan penilaian yang buruk mengenai pidato Powell di Majelis Umum PBB. "Ia alasan sepupu-sepupu saya terbunuh dan keluarga saya harus tinggal di tenda selama tiga tahun, kemenangan macam apa ini? Kemenangan bagi mereka bukan kami," katanya.