REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Pejabat di beberapa negara, termasuk Inggris, Norwegia dan Hong Kong, telah merekomendasikan pemberian dosis tunggal vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Upaya ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan parsial dari virus corona sambil mengurangi risiko efek samping, seperti miokarditis.
Dari sejumlah laporan, miokarditis atau radang jantung dianggap reaksi merugikan yang kadang-kadang terlihat setelah dosis kedua dari salah satu vaksin mRNA dalam kelompok usia remaja. Juru bicara Infectious Diseases Society of America, Dr Aaron Glatt, mempertimbangkan laporan tersebut. Ia menganggap strategi itu perlu dipantau terus.
"Strategi baru ini tentu saja bermanfaat untuk dievaluasi. Ini memiliki keuntungan teoretis dan praktis jika berhasil," kata Glatt dilansir dari Fox News, Jumat (22/10).
Glatt memperingatkan langkah dosis tunggal bagi remaja sebaiknya didasarkan pada penelitian yang memadai.
"Studi lengkap dan tepat untuk membuktikan ini harus dilakukan dan dianalisis," lanjut Glatt.
Pejabat kesehatan di Hong Kong merekomendasikan dosis tunggal vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak-anak usia 12-17 pada bulan lalu. Keputusan ini menyusul laporan peradangan jantung dilihat sebagai efek samping dari dosis kedua vaksin mRNA.
Penasehat Vaksinasi Hongkong, Profesor Lau Yu-lung, mengatakan, para ahli kesehatan berpikir lebih bermanfaat bagi remaja untuk menerima hanya satu dosis untuk sangat mengurangi kemungkinan radang jantung.
Inggris dan Norwegia juga merekomendasikan dosis tunggal vaksin Pfizer/BioNTech untuk anak-anak usia 12-15 tahun. Kedua negara itu akan menunggu keputusan tentang dosis berikutnya sampai data lebih lanjut diluncurkan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kasus miokarditis dan perikarditis terjadi lebih sering pada remaja pria setelah menerima dosis kedua daripada setelah dosis pertama mRNA vaksin Covid-19 (Pfizer-BioNTech atau Moderna).
CDC memastikan mereka yang melaporkan menderita miokarditis atau perikarditis merespon dengan baik terhadap obat-obatan dan pulih dengan cepat.
"Laporan ini jarang terjadi dan manfaat yang diketahui dan potensial dari vaksinasi COVID-19 lebih besar daripada risiko yang diketahui dan potensial, termasuk kemungkinan risiko miokarditis atau perikarditis," tulis CDC di laman resminya.