Senin 25 Oct 2021 16:57 WIB

Revitalisasi Lapangan Merdeka Dinilai Lahirkan Ruang Budaya

Seni dan budaya Islam di Suku Melayu bisa dijadikan komoditas revitalisasi.

Warga berolahraga di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Selasa (19/10/2021). Pemerintah Kota Medan akan merevitalisasi Lapangan Merdeka Medan pada awal tahun 2022 untuk mengembalikan fungsi lapangan tersebut sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Warga berolahraga di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Selasa (19/10/2021). Pemerintah Kota Medan akan merevitalisasi Lapangan Merdeka Medan pada awal tahun 2022 untuk mengembalikan fungsi lapangan tersebut sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Budayawan Sumatera Utara, Suyadi San, menilai revitalisasi Lapangan Merdeka Medan bukan saja mengembalikan ruang terbuka kota bersejarah, tetapi melahirkan ruang budaya.

"Saya setuju revitalisasi Lapangan Merdeka, karena juga melahirkan ruang ide, seni, dan budaya. Bahkan menurut saya, itu wajib dilakukan," ujar Suyadi San.

Program revitalisasi lapangan bersejarah merupakan salah satu janji kampanye ini, lanjut dia, juga memberikan ruang-ruang pembangunan, khususnya budaya di kota yang multikultural ini.

Menurutnya Lapangan Merdeka bisa menjadi satu paket wisata sejarah, wisata religi dan wisata budaya, karena semua aset sejarah merupakan warisan tidak ternilai bagi kaum milenial.

"Ekosistem kebudayaan, baik budaya benda atau tak benda, bisa ditata dan dibangun. Adanya Masjid Arab dan Masjid Lama di Kesawan menandakan sejak dahulu tempat ini sangat religius," ucap dia.

Budayawan yang juga dikenal sastrawan dan dramawan ini, menyarankan agar seni dan budaya Islam yang melekat di Suku Melayu bisa dijadikan komoditas revitalisasi.

"Indah sekali, jika hal ini menjadi komoditas revitalisasi Lapangan Merdeka maupun kawasan Kesawan," terangnya.

Ia mengharapkan supaya aparatur Pemkot Medan dapat melatih diri untuk melayani secara prima guna mewujudkan ruang ide, seni, dan budaya revitalisasi. Begitu juga dengan pegiat seni dan budaya dapat melahirkan karya bernilai budaya lokal.

"Saatnya Medan jadi kota berbudaya. Bisa bermula dari titik nol kilometer Lapangan Merdeka," ujar Suyadi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement