Rabu 27 Oct 2021 02:18 WIB

UNS: Tidak Ada Lebam di Jenazah Gilang

Jenazah Gilang akan diautopsi untuk mengetahui penyebab meninggal.

Kondisi sekretariat Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa atau Menwa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (26/10) ditutup setelah kejadian meninggalnya mahasiswa saat mengikuti Diklatsar pada Ahad (24/10).
Foto: Republika/binti sholikah
Kondisi sekretariat Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa atau Menwa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (26/10) ditutup setelah kejadian meninggalnya mahasiswa saat mengikuti Diklatsar pada Ahad (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Sebelas Maret (UNS) menyebut tidak ada lebam pada jenazah Gilang Endy Saputra (23). Gilang meninggal dunia saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar Resimen Mahasiswa (DiklatsarMenwa) pada Ahad (24/10) petang.

Wakil Rektor UNS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Ahmad Yunus mengaku sempat melihat jenazah mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sekolah Vokasi UNS tersebut. "Pada saat jenazah belum diautopsi, saya lihat mata ditutup seperti deplokan daun lembut seperti jamu. Saya tidak bisa melihat memar atau tidak. Sekilas secara fisik saya tidak bisa melihat darah karena dari RS sudah dibersihkan. Mulai dada sampai perut tidak ada tanda-tanda merah atau hitam," katanya.

Baca Juga

Meski demikian, hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil autopsi dari kepolisian untuk memastikan penyebab meninggalnya mahasiswa asal Kabupaten Karanganyar tersebut. Sementara itu, Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Sutanto menyampaikan kronologis meninggalnya Gilang berdasarkan keterangan dari panitia Diklatsar Menwa.

"Berdasarkan yang kami ketahui, pengakuan pihak panitia, benar bahwa kegiatan ini mulai 23 Oktober 2021. Akan tetapi, mulai penyambutan pada pukul 06.00 sampai berakhir pukul 23.00 WIB berkegiatan di sekitar kampus," katanya.

Untuk penyambutan para peserta, kata dia, dilakukan di Markas Menwa. Selanjutnya, kegiatan di Gedung Olahraga (GOR), di musala Fakultas Teknik, kemudian jembatan danau. Pada hari yang sama, lanjut dia, Gilang mengatakan bahwa kakinya mengalami kram sehingga harus ada pendamping.

"Bakda subuh, mulai senam senjata, apel pagi, hingga melakukan kegiatan di luar kampus, tepatnya di Jembatan Jurug. Ada kegiatan meluncur dari atas ke bawah (repling), almarhum ikut kegiatan dan dia balik ke kampus," katanya.Pada saat itu, lanjut dia, korban mulai mengeluhkan sakit punggung hingga akhirnya mendapatkan perawatan dengan alat kompres.

"Selanjutnya, yang bersangkutan tidak sadar dan mengigau. Pada pukul 21.00 WIB inisiatif mereka membawa ke rumah sakit. Selanjutnya, pada pukul 22.05 WIB dalam mobil ketika dibawa ke rumah sakit, dia sudah tidak bernapas. Sampai RS Moewardi meninggal. Ini kronologis yang kami tahu," katanya.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement