Rabu 27 Oct 2021 10:16 WIB

Parlemen AS Minta Penjualan Jet F-16 ke Turki Dibatalkan

Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar atas surat tersebut

Rep: rizky jaramaya/ Red: Hiru Muhammad
Pesawat tempur F-16
Foto: AP
Pesawat tempur F-16

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat dan Partai Republik mendesak pemerintahan Presiden Joe Biden untuk tidak menjual jet tempur F-16 ke Turki. Mereka meyakini Kongres akan menolak penjualan tersebut. 

Dalam sebuah surat kepada Biden dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, 11 anggota House of Representative menyuarakan keprihatinan yang mendalam tentang laporan pembelian  40 jet tempur F-16s terbaru, dan 80 kit modernisasi untuk F-16. Surat yang dikirim itu tertanggal 25 Oktober.

 “Menyusul pengumuman Presiden (Tayyip) Erdogan pada September bahwa Turki akan membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia, kami tidak dapat mengkompromikan keamanan nasional kami dengan mengirimkan pesawat buatan AS ke sekutu yang terus berperilaku seperti musuh,” tulis anggota parlemen dalam suratnya.

Pengiriman surat itu dipimpin oleh Perwakilan Republik Nicole Malliotakis dan Perwakilan Demokrat Carolyn Maloney. Dalam surat tersebut, anggota parlemen mengatakan, mereka tidak akan membiarkan pemerintah AS mentransfer teknologi ke pemerintah Turki.

“Meski kami yakin bahwa Kongres akan memblokir ekspor semacam itu jika rencana ini berkembang, Amerika Serikat tidak mampu untuk mentransfer peralatan militer canggih apa pun kepada pemerintah Turki saat ini,” kata surat itu.

Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar atas surat tersebut. Awal bulan ini, Reuters melaporkan  Turki telah mengajukan permintaan ke Amerika Serikat untuk membeli 40 jet tempur F-16 buatan Lockheed Martin dan hampir 80 kit modernisasi untuk pesawat tempur tersebut.

Kemitraan antara sekutu NATO telah mengalami gejolak dalam lima tahun terakhir atas ketidaksepakatan di Suriah. Termasuk hubungan dekat antara Ankara dengan Moskow, serta ambisi angkatan lautnya di Mediterania. 

 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement