REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hadi Supeno, Penggiat pemuliaan nilai-nilai filsafat dan kenegaraan.
Judul bukunya sangat mengundang dan provokatif. Gaya bahasanya cair, enak dibaca seperti gaya tulisan-tulisan Lukman Hakiem yang lainnya.
Namun lebih dari itu, isi buku ini berjasa mengungkap dengan gamblang mozaik pernak pernik sejarah Republik Indonesia yang sampai hari ini belum selesai.
Lukman Hakiem mengakui di dalam Pengantarnya bahwa buku yang sebagiannya sudah dimuat dalam beberapa media tidak berambisi meluruskan sejarah, namun bertugas untuk lebih memperkaya fakta sejarah.
Pengayaan fakta memang sangat penting agar tidak ada pihak yang gemar main klaim, yang berujung pada saling kegaduhan, curiga, saling tidak percaya, bahkan berpotensi melemahkan sendi-sendi persatuan umat dan bangsa, seperti halnya celoteh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bahwa kementerian agama adalah hadiah negara untuk NU. Faktanya, di tahun-tahun awal kemerdekaan Menteri Agama RI bergonta ganti kadang NU, kadang Muhammadiyah.
Spirit pengungkapan fakta sejarah Indonesia menurut saya memang wajib terus dilakukan karena selain masih minimnya para sejarawan mengungkap peristiwa sekitar masa-masa pergerakan dan awal kemerdekaan, juga karena rezim Orde Baru pernah mendesain tafsir tunggal atàs sejarah bangsa. Siapa yang ditulis dan siapa yang disembunyikan dalam penulisan sejarah semata-mata berdasarkan selera penguasa.
BK Tidak Sendiri
ADALAH nyata betapa besar peran dan jasa Bung Karno yang mendedikasikan hidupnya untuk kemerdekaan tanah airnya. Namun itu TIDAK DILAKUKAN SENDIRI, bukan karya tunggal.
Begitu banyak tokoh yang memberikan saham atas lahirnya Republik ini, sejak awal kesadaran nasional, kebangkitan nasional, pergerakan, persiapan kemerdekaan, Proklamasi kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, hingga konsolidasi kebangsaan yang penuh dinamika dengan korban berdarah-darah di antara anak bangsa.
Pengungkapan sejarah Indonesia belum tapis adalah benar adanya. Begitu banyak rantai sejarah yang terputus atau tersembunyi, baik karena kemampuan para sejarawan maupun karena memang disembunyikan.
Siapa yang hari ini tahu nama Edward Douwes Deckker? Siapa yang tahu nama Muso dan Amir Syarifuddin? Siapa yang tahu Syahrir dan Tan Malaka? Dan seterusnya.
Hutang Republik Pada Islam (HRPI) menjawab kegelisahan di atas dengan perjuangan hebat para tokoh Islam dalam membangun Republik ini.