Senin 01 Nov 2021 16:45 WIB

LSI Denny JA Nilai Konvensi Capres NasDem tak Efektif

LSI menilai konvensi Capres tak efektif karena Nasdem tak bisa usung sendiri Capres

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik sekaligus Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menganalisa rencana konvensi Capres yang dilakukan Partai NasDem tak akan berjalan efektif. Alasannya, Nasdem sendiri tak mampu memenuhi syarat ambang batas guna mengusung Capres.

Adjie menyambut rencana konvensi Capres Nasdem sebagai upaya memberikan ruang kepada semua tokoh  untuk bisa memperoleh tiket pencapresan. Hanya saja, ia pesimis dengan hasil konvensi tersebut.

"Sebenarnya jika konvensi ini hanya dilaksanakan oleh partai Nasdem, sudah pasti tidak efektif. Karena pemenang konvensi belum punya garansi mendapatkan tiket (Capres)," kata Adjie dalam keterangan kepada Republika.co.id, Senin (1/11).

Tercatat kursi Nasdem hanya sekitar separuh dari syarat ambang batas Capres sebesar 20% kursi DPR. Adjie menduga konvensi Capres NasDem akan seperti konvensi Capres Demokrat di 2014 dimana pemenang konvensi malah gagal mendapat tiket Capres.

"Jika Nasdem jalan sendiri buat konvensi, bisa bernasib dengan Demokrat ketika Pilpres 2014," ujar Adjie.

Adjie menyarankan partai Nasdem memastikan koalisi partai yang memenuhi syarat ambang batas Capres 20 persen sebelum melakukan konvensi. Hanya saja, membentuk koalisi jauh sebelum Pilpres 2024 tentu bukan perkara mudah.

"Karena koalisi partai harus menyepakati formula bersama yang nyaman untuk semua partai koalisi. Termasuk soal bagaimana cara voting pemenang konvensi capres. Dan kepentingan politik partai yang berkoalisi pun beragam, sehingga menyulitkan," ucap Adjie.

Selain itu, Adjie menyoroti wacana konvensi yang digaungkan Nasdem sejak awal membuat parpol lain khawatir efek ekor jas (coattail effect) dari Capres pemenang konvensi akan kuat asosiasinya hanya dengan Nasdem. Efek ekor jas ialah dimana seorang Capres/Cawapres mengantrol suara parpolnya.

"Sulitnya menemukan partner koalisi yang bisa menyepakati pemenang konvensi," ucap Adjie.

Di sisi lain, Adjie mengamati partai-partai politik dengan raihan kursi DPR yang tinggi (PDIP, Golkar,Gerindra) tak akan menempuh cara Nasdem menggunakan konvensi. Padahal ketiga partai politik besar ini yang mungkin paling efektif menjalankan konvensi Capres karena kursi mereka sudah 3/4 dari syarat tiket penuh. Sehingga capres pemenang konvensi lebih punya garansi mendapatkan tiket pengusungan di Pilpres 2024.

"Karena partai-partai ini sudah punya front runner capres yang akan diusung. Misalnya Puan/Ganjar di PDIP, Prabowo di Gerindra, dan Airlangga di Golkar. Mereka pun tak mau membuat konvensi yang memungkinkan capres di luar partai masuk mendapatkan tiket," ujar Adjie.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, menyatakan bakal menggelar konvensi untuk menunjuk satu sosok sebagai capres. Pemenang dalam forum tersebut, disebutnya akan mendapatkan hak menjadi capres untuk Pilpres 2024.  

"Konvensi menghasilkan calon presiden terbaik sebagai pemenang konvensi. Dan yang terkahir, dia memastikan mendapatkan tiket untuk mengantarkan mereka sebagai calon resmi," ujar Surya di Hotel Redtop, Jakarta, Kamis (28/10). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement