REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, menilai, Presiden Prabowo Subianto sangat membutuhkan dukungan aneka segmen masyarakat, termasuk politisi dan sesama penyelenggara negara, setidaknya dalam lima isu besar.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah. Ia menanggapi sikap tegas dan keras Prabowo dalam menyampaikan keseriusan mewujudkan lima program besar nasional yang, di antaranya, merupakan janji politiknya saat kampanye pada Pilpres 2024 lalu. “Jangan membiarkan Presiden Prabowo berjuang sendirian,” kata Toto, kepada pers di Jakarta, Rabu (12/2/2026)
Toto menyebut, kelima program yang menjadi isu besar nasional itu adalah, soal ketahanan pangan nasional, program makan bergizi gratis (MBG), pemberantasan korupsi, pembangunan perumahan rakyat dan pemangkasan anggaran untuk efisiensi.
Menurut Toto, untuk mewujudkan niat tulus Prabowo dalam lima isu besar tersebut tak akan berarti apa-apa, tanpa dukungan semua segmen masyarakat. Apalagi dalam kontek kerasnya potensi perlawanan baik terang-terangan maupun terselubung dari pihak-pihak yang tak suka kepada Prabowo.
Termasuk, kata Toto, potensi perlawanan dari mereka yang selama ini menikmati berbagai fasilitas kemudahan untuk korupsi dan menggerus kekayaan alam dengan cara kotor. “Kalau ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik, ini momen yang tepat untuk memberikan dukungan penuh kepada Prabowo. Apalagi, dalam kontek Prabowo saat ini sedang berada di puncak popularitas dan favorabilitas. Bulan madu Prabowo dengan rakyat masih berlangsung,” papar Toto.
Yang pasti, menurut Toto, dukungan dan kesempatan kepada Prabowo layak diberikan karena dia termasuk presiden yang secara materi harusnya sudah selesai dengan urusan dirinya. Apalagi, dalam beberapa kasus, Prabowo ikhlas menggunakan dana pribadinya untuk mewujudkan niat tulusnya itu.
Namun begitu, dalam pengamatan Toto, belakangan ini Prabowo seperti dibiarkan bekerja dan berjuang sendirian. Tidak terlihat dukungan yang tegas dan militan, termasuk dari sesama penyelenggara negara, baik dari para kepala daerah maupun para menteri kabinet. Bahkan, dari para kader partainya sendiri, Gerindra.
Toto menyebut contoh kasus program makan bergizi gratis. Dari pengamatannya, program tersebut lebih banyak tune negatifnya ketimbang positifnya. Berbagai kritik keras dan pedas bermunculan terhadap program ini.
“Sayangnya, ditengah gemburan kritik tersebut, tidak banyak pendukung Prabowo yang tampil membela. Termasuk, dari sesama penyelenggara negara seperti kepala daerah dan menteri. Mereka terkesan mencari aman,” ungkapnya.
Toto juga menyebut isu ketahanan pangan yang sangat penting dan mendesak. Prabowo sangat bersemangat untuk mewujudkan swasembada pangan atau kedaulatan pangan ini agar tidak terus menerus bergantung impor.
“Dukungan terhadap program itu kan bisa lewat verbal, bisa juga lewa aksi. Salah satunya, jika para kepala daerah peka, khususnya para gubernur, banyak potensi lahan tidak produktif yang bisa dimaksimalkan untuk lebih produktif dalam memenuhi kebutuhan pangan ini,” ungkapnya.
Toto menyebut lahan di Jawa Barat, mulai yang habis HGU nya sampai lahan yang memang tidak produktif, bisa mencapai ratusan ribu hektar. Lahan tersebut, bisa ditanami padi, jagung, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. “Dari satu propinsi di Jabar saja, sebenarnya bisa menyumbang ketahanan pangan nasional. Apalagi, jika propinsi lainnya melakukan yang sama,” tegasnya.