Rabu 04 Jun 2025 15:58 WIB

Survei LSI Denny JA: Lima Rapor Biru, Dua Merah

.Isu lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan pokok menjadi rapor merah.

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan hasil survei terkait dengan kepuasan publik terhadap tujuh bulan pemerintahan Prabowo-Gibran.
Foto: istimewa/doc humas
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan hasil survei terkait dengan kepuasan publik terhadap tujuh bulan pemerintahan Prabowo-Gibran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan, ada lima hal yang diberi rapor biru dan dua rapor merah oleh publik atas tujuh bulan kinerja PemerintahPrabowo-Gibran.

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfarabi, mengatakan, kelima hal yang mendapat rapor biru adalah kepuasan kondisi sosial budaya nasional, keamanan, penegakkan hukum, stabilitas politik, dan kinerja ekonomi makro.

Dijelaskannya, hampir seluruh responden (95,1%) menilai kondisi sosial budaya nasional berada dalam keadaan baik hingga sangat baik. "Ini indikator tertinggi di antara semua sektor," kata Adjie.

Kepuasan terhadap keamanan nasional mencapai 83,1%. Diikuti penegakan hukum (67,8%), stabilitas politik (70,8%), dan kinerja ekonomi makro (67,4%).

"Kelima indikator ini membentuk kerangka kokoh dari legitimasi awal. Dalam tradisi sosiologi politik, rasa aman, hukum yang berjalan, dan politik yang stabil adalah fondasi tak terlihat namun terasa," papar dia.

Adapun rapor merah yang ditemuka dalam survei ini adalah lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan pokok. "Ini sinyal awal kegelisan dari rumah tangga warga negara. Dua sektor strategis justru mendapat rapor merah dari publik," kata Adjie.

Sebanyak 60,8% masyarakat merasa mencari pekerjaan saat ini lebih sulit dibandingkan tahun sebelumnya. Hanya 11% yang merasa lebih mudah, sementara sisanya tidak melihat perubahan berarti.

Keresahan ini melintasi kelas sosial dan latar pendidikan. Dari warga berpenghasilan di bawah Rp2 juta hingga mereka yang bergaji di atas Rp4 juta per bulan, dari lulusan SMA hingga D3 ke atas.

Mayoritas menyatakan sulitnya mencari pekerjaan. Bahkan wilayah seperti Maluku dan Papua mencatatkan angka tertinggi: 87% warganya menyatakan bahwa lapangan kerja semakin langka.

Sementara itu, 58,3% responden mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, sebuah tanda tekanan psikologis domestik, khususnya pada sektor konsumsi dasar. "Ketika harga sembako memberatkan, angka-angka tak lagi sekadar statistik. Mereka menjadi detak jantung dari kecemasan kolektif," ungkap Adjie.

Survei nasional terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) yang dilakukan pada 16–31 Mei 2025, menggunakan metode multi-stage random sampling terhadap 1.200 responden. Survei ini memiliki margin of error ±2,9% dan diperkuat dengan riset kualitatif, wawancara mendalam, FGD, dan analisis media.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement