REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Hadirnya 49 bus Biskita Transpakuan melalui program skema bantuan Buy The Service (BTS) di Kota Bogor, akan mengkonversi 147 angkutan kota (angkot). Tidak hanya kendaraannya yang dikonversi, sopir dari angkutan kota yang terdampak juga akan dikonversi atau direkrur menjadi sopir bus.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, dari 3.412 angkot yang ada di Kota Bogor, sejak 2016 ribuan angkot tersebut sudah tergabung dalam 16 badan hukum. Kemudian, 16 badan hukum ini sudah bersiap untuk ikut dalam program penataan transportasi.
“Saat ini ada tiga badan hukum yang siap untuk program konversi, PT Kodjari salah satunya. Kodjari ini siap untuk skema mengisi beberapa koridor. Artinya pengemudi yang akan dikonversi tentu dari angkot yang dikonversi,” kata Bima Arya kepada awak media, Selasa (2/11).
Tahun ini, kata dia, ada 49 bus yang dikonversi menjadi 147 angkot. Hal itu selaras dengan program konversi angkot 3:1 yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.
Artinya, sambung Bima Arya, dari 147 sopir angkot tersebut yang secara bertahap akan kemudian direkrut menjadi sopir bus yang akan mengoperasikan bus di Koridor 5. Tidak hanya menjadi sopir bus, mereka juga akan dikonversi menjadi mekanik.
Bima Arya memastikan, skema tersebut akan berkembang di koridor lain, juga dengan badan hukum yang lain. Di samping itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sopir Biskita Transpakuan.
Beberapa syaratnya, antara lain, usianya tidak lebih dari 50 tahun. Kedua, memiliki SIM B1. Terakhir, kata dia, pendidikan terakhir di SMA se-derajat.
“Nah, hari ini tidak semua pengemudi itu lulusan SMA. Tapi Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) dan Dinas Perhubungan (Dishub) ini punya inisiatif untuk membantu dengan kejar paket. Jadi dilakukan proses nanti akan ada ijazah SMA,” ujarBima.
Terpisah, Plt Direktur Utama PDJT, Eko Wibisono mengatakan, para sopir, petugas keamanan, dan petugas operasional dari Biskita Transpakuan berada di bawah pengawasan PDJT selaku operator. Serta pengawasan badan pengelola angkutan yg mana sebagai inspektor.
“Jadi sepanjang jalur ada jurinya. Apakah pramudi ini ngantuk, itu kita bisa lihat apakah dia ngantuk dan sebagainya. Jadi sudah berbasis IT,” kata Eko.
Awal Baru
Layanan Biskita Transpakuan diuji coba di Kota Bogor, Selasa (2/11) yang merupakan suatu layanan angkutan umum massal dengan konsep Bus Rapid Transit (BRT). Total 49 bus yang akan diterima Kota Bogor tahun ini, bisa digunakan masyarakat secara gratis hingga akhir 2021.
Diketahui, program ini merupakan program Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan untuk pengembangan transportasi massal di wilayah Bogor Depok Tangerang Bekasi (Bodetabek). Serta merupakan pilot project di Kota Bogor.
“Ini pertama kali, mudah-mudahan bermanfaat buat masyarakat. Langkah ini merupakan upaya bersama antara BPTJ dan Pemkot Bogor dalam menghadirkan layanan angkutan umum massal dengan standar pelayanan minimum (SPM), melalui subsidi dengan skema buy the service (BTS),” ujar Kepala BPTJ, Polana B. Pramesti.
Berdasarkan pantauan Republika, bus tersebut berukuran 3/4 dengan kapasitas 35 orang, dengan 20 tempat duduk dan 15 orang berdiri. Serta terdapat air conditioner (AC) di berbagai sisi. Di sisi luar bus terdapat motif batik Bogor berwarna ungu.
Selain itu, di dalam bus terdapat CCTV yang dapat mengontrol laju bus dan para pengemudi. Dimana para pengemudi merupakan sopir angkot yang dikonversi menjadi sopir bus. Di dalam bus juga terdapat pengeras suara yang menyebutkan ke mana pemberhentian bus selanjutnya.
10 unit bus yang diuji coba hari ini, akan melintas di Koridor 5 akan ada belasan titik berhenti. Dengan melintasi rute Ciparigi, Warung Jambu, Ahmad Yani, Air Mancur, lintas atas Martadinata, Merdeka, Jembatan Merah dan Stasiun Bogor. Kemudian dari Stasiun Bogor kembali lagi menuju Ciparigi melalui Jalan Juanda, Sudirman, Pemuda, Warung Jambu, Sholeh Iskandar, Talang, Simpang Pomad.