Selasa 02 Nov 2021 22:28 WIB

Satgas Covid-19: 3 Provinsi Alami Tren Kasus Positif Naik

Satgas Covid-19 ingatkan masyarakat tetap tidak abai protokol kesehatan

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Nashih Nashrullah
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito,  Satgas Covid-19 ingatkan masyarakat tetap tidak abai protokol kesehatan.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito, Satgas Covid-19 ingatkan masyarakat tetap tidak abai protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyebut terdapat tiga provinsi yang menunjukan tren peningkatan kasus Covid-19 pada pekan ini. Ketiga provinsi tersebut yakni Jawa Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara.

Selain itu, pada pekan sebelumnya, Satgas mencatat terdapat enam provinsi yang juga mengalami peningkatan kasus, yakni di Bengkulu, Lampung, DIY, Banten, Sulawesi Barat, dan Papua.

Baca Juga

“Hal ini perlu diantisipasi dan terus dievaluasi agar tidak kembali meningkat di pekan berikutnya,” kata Wiku saat konferensi pers, Selasa (2/11).

Dia pun menegaskan pentingnya untuk terus mengawasi pergerakan dan aktivitas masyarakat menjelang periode Natal dan Tahun Baru nanti. Selain itu, cakupan vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh masyarakat penting untuk terus ditingkatkan dan diperluas sehingga dapat memberikan perlindungan maksimal.

“Namun, tetap perlu diingat bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk menekan penularan,” tambah dia.

Negara dengan cakupan vaksinasi dosis lengkap tetap bisa mengalami peningkatan kasus karena kendornya kedisiplinan protokol kesehatan terutama penggunaan masker. 

Hal ini terjadi di beberapa negara seperti di Australia dan Singapura yang lebih dari 60 persen penduduknya telah divaksin dosis lengkap. Kasus Covid-19 di kedua negara tersebut langsung meningkat tajam saat dilakukan pembukaan aktivitas, yang juga disebabkan oleh varian Delta.

“Hal ini menandakan bahwa upaya pembatasan mobilitas yang sangat ketat dan peningkatan cakupan vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk menekan kasus. Negara yang telah melakukan keduanya nyatanya tetap dapat meningkat kasusnya karena aktivitas masyarakat yang tidak sejalan dengan disiplin protokol kesehatan,” jelasnya.

Karena itu, Wiku meminta agar seluruh masyarakat menerapkan disiplin protokol kesehatan secara ekstra di tengah aktivitas sosial yang telah mulai kembali normal. Sehingga diharapkan tidak menyebabkan terjadinya penularan kembali.

Dia juga menekankan, membaiknya situasi pandemi di Indonesia ini diharapkan dapat mendukung proses pemulihan ekonomi.

“Disiplin protokol kesehatan adalah modal utama kita untuk mendukung pemulihan ekonomi dan melakukan aktivitas sosial menuju periode akhir tahun dan di tahun baru 2022,” ucap dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement