Sabtu 13 Nov 2021 17:29 WIB

Satgas Covid-19 NU Antisipasi Kluster Penularan di Muktamar

Muktamar ke-34 NU akan digelar dengan protokol kesehatan ketat

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nashih Nashrullah
Muktamar ke-34 NU akan digelar dengan protokol kesehatan ketat. (ilustrasi) logo nahdlatul ulama
Foto: tangkapan layar wikipedia
Muktamar ke-34 NU akan digelar dengan protokol kesehatan ketat. (ilustrasi) logo nahdlatul ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan salah satu fokusnya mencegah terjadinya kluster penularan di Muktamar Besar NU di Lampung pada 23-25 Desember mendatang. 

Ketua Satuan Tugas Covid-19 PBNU, Makki Zamzami, meminta semua pihak yang hadir untuk menaati protokol kesehatan. 

Baca Juga

“Protokol kesehatan akan diterapkan sangat ketat. Semua yang hadir wajib sudah divaksinasi,” ujar Makki dalam keterangan pers, Sabtu (13/11). 

Dia menyampaikan, muktamar itu akan dihadiri banyak orang dari berbagai penjuru Indonesia dan beberapa negara. Menurut Makki, Satgas Covid-19 PBNU tengah berusaha mendorong agar cakupan vaksinasi di Lampung di atas 50 persen. Hal itu penting karena vaksinasi terbukti bisa mengurangi kesakitan. 

"Akan jadi kluster muktamar atau tidak, tergantung panitia dan peserta. Semua pihak harus mengerti, protokol kesehatan ketat di muktamar untuk mencegah Covid-19,” ujarnya. 

Semua itu dia sampaikan pada kegiatan “Istighotsah dan Doa Bersama: Antisipasi dan Pencegahan Gelombang Ketiga Demi Pemulihan Ekonomi Bangsa” yang diselenggarkan PBNU bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta KPCPEN, Kamis (11/11) lalu. 

Dia merespons keterangan yang disampaikan Head of Mandiri Institute Teguh Wicaksono. 

Teguh mengatakan, periode November 2021 hingga Januari 2022 mendatang akan menjadi ujian serius dalam upaya menjaga pemulihan ekonomi nasional. “Jika bisa menjaga kasus Covid-19 tetap stabil seperti saat ini, ekonomi 2022 akan lebih baik,” ungkap dia. 

Menurut Teguh, kaitan antara kenaikan kasus dengan penurunan belanja domestik nasional memang terlihat selama 2020-2021. 

Dia menyampaikan, jumlah belanja domestik masyarakat merupakan salah satu alat ukur perekonomian nasional. Belanja domestik rendah menunjukkan aktivitas perekonomian yang berkurang dan sebaliknya. 

Di sisi lain, kata Teguh, kenaikan aktivitas perekonomian membutuhkan peningkatan pergerakan orang. Teguh menilai, hal tersebut dapat menjadi bumerang karena peningkatan aktivitas juga membuka peluang penambahan jumlah kasus Covid-19. 

Dia mengatakan, peningkatan belanja domestik yang tinggi diiringi kasus Covid-19 yang turun drastis baru terjadi pada periode relaksasi PPKM sejak September hingga November 2021. 

Karena itu, dia mengungkapkan, peningkatan cakupan vaksinasi, penerapan protokol kesehatan secara ketat, dan digitalisasi amat penting untuk menjadi jalan tengah bagi peningkatan aktivitas perekonomian. 

Sejak pertengahan 2021, masyarakat sudah semakin meningkatkan belanja melalui online walau pergerakan masih terbatas. “Digitalisasi semakin meningkat. Sekarang, banyak belanja secara digital,” jelas Teguh.

Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al Wasilah, KH Thontowi Djauhari Maussadad, mengatakan, pencegahan Covid-19 bagian dari bentuk kepatuhan Muslim pada perintah Allah SWT. Setiap Muslim, kata dia, sangat jelas diperintahkan menghindarkan diri dari kebinasaan.

“Tidak perlu dipertentangkan takut kepada Allah atau virus. Orang yang berkata demikian mungkin pemahaman keagamaannya masih sederhana,” kata dia. 

Menurut Thontowi, perbandingan seperti itu tidak sesuai dengan banyak sekali kaidah syariah. Hal yang paling pokok, kata dia, yakni membandingkan antara Allah SWT dan makhluk. Hal itu terkait dasar akidah yang tidak mengizinkan Muslim menyamakan Allah SWT dengan makhluk. 

Pembandingan itu juga dia sebut tidak sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW. Thontowi mengungkapkan, dalam berbagai riwayat Rasulullah memerintahkan Muslim menjauhi wabah.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement