REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon, Jawa Barat, mencatat baru 25 persen pelaku UMKM yang masuk digital, terutama dalam hal pemasarannya."Kalau data kami dari jumlah 2.060 UMKM, baru 25 persen yang masuk ke digital," kata Kepala Seksi Pemberdayaan dan Fasilitasi UKM DKUKMPP Kota Cirebon Abdul Hadi di Cirebon, Senin.
Hadi mengatakan pelaku UMKM di Kota Cirebon, masih didominasi oleh warga yang memang belum terlalu paham dengan digitalisasi.Sehingga, ketika ada penyuluhan maupun bimbingan teknis (bimtek) belum diaplikasikan untuk mendukung usahanya.
Untuk itu kata Hadi, masih perlu adanya sosialisasi, dan juga regulasi, agar para pelaku UMKM, dapat memanfaatkan era digital."Kebanyakan pelaku UMKM kita, belum melek digital, sehingga masih perlu sosialisasi yang matang," tuturnya.
Hadi menambahkan pada masa pandemi Covid-19, digitalisasi sangat berpengaruh besar terhadap usaha para UMKM, terbukti dengan memanfaatkan digital, ada beberapa UMKM yang malah berkembang.
Sementara pelaku UMKM Kota Cirebon Yuli Hastuti mengatakan penggunaan platform digital memang membantu dari segi penjualan, namun itu butuh konsentrasi yang penuh. Yuli menuturkan pelatihan untuk memanfaatkan digital memang sudah sering ia ikuti, akan tetapi belum bisa sepenuhnya beralih ke digital, karena kurangnya tenaga kerja.
"Saya sudah tahu cara pemasaran digital, tapi tidak terpegang, karena harus mengurusi produksi, serta pemesanan. Jadi butuh tenaga kerja yang memang konsen di dunia digital," katanya.