REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah menetapkan masyarakat lanjut usia (lansia) sebagai kelompok prioritas dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Alasannya, lansia menjadi kelompok masyarakat yang paling berisiko untuk tertular Covid-19 dan masuk rumah sakit.
Bahkan, kelompok lanjut usia memiliki angka fatality rate hingga 12 persen. Kendati demikian, upaya pemerintah mengejar cakupan vaksinasi untuk lansia sejak awal program vaksinasi hingga menjelang akhir tahun ini belum kunjung terealisasi.
Saat ini, vaksinasi kepada para lansia baru mencapai sekitar 40 persen. Karena itu, pemerintah bertekad menuntaskan vaksinasi untuk lansia hingga akhir tahun ini, sebelum memvaksinasi anak-anak usia 6-11 tahun pada awal tahun depan.
“Jadi memang logikanya, kalau orang tuanya belum beres sebaiknya jangan turun dulu ke anak. Karena nanti konsentrasinya akan terpecah, vaksinasinya akan terpecah, vaksinatornya nanti akan terpecah. Jadi kita bantu secepat mungkin selesaikan orang tua, kalau sudah selesai baru ke anak,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (15/11).
Setelah target vaksinasi lansia terpenuhi, vaksinasi akan dilanjutkan kepada kelompok-kelompok lain yang memiliki risiko fatalitas lebih rendah dibandingkan lansia, yakni kelompok usia 40-50 tahun, kelompok masyarakat remaja. Kemudian, anak-anak yang memiliki fatality rate sekitar 0,5 persen.
Sejumlah daerah dengan tingkat vaksinasi lansia yang belum mencapai target atau masih rendah di antaranya Lampung. Berdasarkan data yang disampaikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Lampung, Senin (15/11), vaksinasi kelompok lansia masih rendah, yakni terealisasi 35,53 persen.
“Total kelompok lansia 704.246 orang, sudah disuntik dosis pertama 250.186 orang atau 35,53 persen, dosis kedua 98.502 orang atau 13,99 persen,” kata Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Lampung dr Reihana di Bandar Lampung, Senin (15/11).
Di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, vaksinasi Covid-19 pada lanjut usia (lansia) mencapai 46,3 persen atau 40.481 orang untuk dosis lengkap dan 59 persen atau 51.604 orang pada dosis pertama. Target vaksinasi lansia di Tangsel sebanyak 87.489 jiwa.
Baca Juga:
- Tak Ada Kasus Positif, Korea Utara tak Gelar Vaksinasi
- Vaksin Covid-19 di Tiga Provinsi Hampir Kedaluwarsa
- Pandemi Membuat Vaksinasi Campak Terhambat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, Dinkes Tangsel terus menggencarkan kegiatan vaksinasi, terutama bagi kalangan lansia. Sebab, capaian vaksinasi bagi kalangan lansia menjadi salah satu indikator Tangsel tidak masuk ke level 1 pada perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada 2 November hingga 15 November 2021.
Kesulitan vaksinasi lansia
Sementara, petugas di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, menjemput lansia yang belum menjalani vaksinasi agar mau datang ke puskesmas. Setelah divaksinasi, mereka diantar kembali ke rumahnya masing-masing.
"Memang untuk lansia ini agak sulit untuk vaksinasi," kata Nunung Faridah, salah seorang kader Puskesmas Tamansari, kepada Republika, Ahad (14/11).
Nunung merupakan salah seorang yang bertugas menjemput lansia untuk divaksinasi di Puskesmas Tamansari. Kemarin, ia harus bolak-balik menjemput sebanyak 16 lansia menggunakan sepeda motornya untuk menjalani vaksinasi.
Nunung mengatakan, perkara menjemput lansia sebenarnya bukanlah hal yang terlalu sulit. Ia menuturkan, hal yang paling sulit, yakni memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada lansia agar mau divaksinasi.
Pekan lalu, Wali Kota Pekanbaru Firdaus juga sempat mengungkapkan tantangan vaksinasi lansia, yakni adanya penolakan. Karena itu, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya agar mereka mau divaksinasi.
Ia mengatakan, upaya itu mulai dari bus vaksin keliling, vaksinasi dari rumah ke rumah, dan edukasi tentang vaksin Covid-19. “Masyarakat harus benar-benar diberikan pemahaman terkait dampak vaksinasi tersebut,” kata dia.
Hoaks
Menurut Nunung, faktor utama yang membuat rendahnya antusias para lansia untuk menjalani vaksinasi adalah banyaknya hoaks yang beredar mengenai vaksin. Ada yang bilang vaksin bikin jadi sakit. Tapi kalau sudah sadar sendiri, mah mau. Jadinya ya kita harus edukasi dulu," kata dia.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengamini, hoaks berpengaruh terhadap keinginan lansia untuk melakukan vaksinasi Covid-19. Selain hoaks, anggapan atau pendapat tertentu juga turut membuat lansia enggan mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.
Ia mengatakan, anggapan yang beredar di kalangan lansia seperti lansia tidak perlu divaksinasi Covid-19 karena kerap berada di rumah. Selain itu, ada anggapan lansia memiliki banyak penyakit dan tidak memiliki sisa hidup lebih lama.
"Tetapi kita tak boleh kalah, harus terus melawan. Makanya saat pandemi ini para dokter, ilmuwan 'turun gunung', tak hanya mengurusi pasien atau berkutat di laboratorium," ujarnya.