Rabu 17 Nov 2021 00:25 WIB

Merefleksi Serangan Umum 1 Maret 1949

Daya juang masyarakat khususnya para pemimpin, sangat menentukan jalannya sejarah.

Rep: Ronggo Astungkoro/Flori Anastasia Sidebang / Red: Agus Yulianto
Konferensi Meja Bundar yang digelar di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.
Foto:

Kembali ke perundingan

Webinar tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mendukung pengusulan Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi Hari Nasional. Seminar tersebut menghadirkan enam pembicara kunci. Selain Mahfud, turut hadir Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang diwakilkan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

Pada kesempatan itu, Hilmar juga menyampaikan, secuplik sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949. Kala itu, Republik Indonesia tengah berada di bawah tekanan karena penguasa kolonial melancarkan agresi militer secara beruntun dengan tujuan utama menghilangkan Indonesia dari peta.

"Para pejuang pada masa itu menyadari betul, salah satu kunci keberhasilan untuk mempertahankan republik adalah dengan menyatakan kehadirannya di tingkat internasional," jelas Hilmar.

Menurut dia, itu terlihat dari langkah yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada saat itu. Dari peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Hilmar melihat, dampak yang sangat besar, baik secara militer maupun secara politik.

Menurutnya, kerugian materiil tentu terjadi di kedua belah pihak. Namun, tujuan utama untuk menyatakan kehadiran Republik Indoensia secara internasional, amat berhasil.

"Tujuan utama untuk menyatakan kehadiran republik secara internasional sangat berhasil. Dalam sidang umum PBB yang berlangsung kemudian diputuskan agar Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan (Konferensi Meja Bundar)," ucap dia.

Hilmar memetik sejumlah pelajaran dari peristiwa itu, yakni tekad untuk merdeka dan juga tekad untuk menegakkan kedaulatan lebih dari segalanya. Menurut dia, dari petistiwa itu juga dapat terlihat dengan jelas, daya juang yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, khususnya para pemimpin pada saat itu, sangat menentukan jalannya sejarah.

 

"Kita mendapat pelajaran berharga, mendapat begitu banyak tantangan dari pandemi dan juga berbagai macam bentuk tantangan lain. Dan daya juang yang sama inilah yang diharapkan ada pada kita yang hidup hari ini untuk mengisi, mempertahankan kemerdekaan, dan juga membangun negeri ini menjadi maju seperti yang tertera di dalam Pembukaan UUD 1945," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement