Selasa 23 Nov 2021 19:01 WIB

Gelombang Ketiga Infeksi Covid-19 Bisa Dicegah

Pemerintah harus terus menggenjot vaksinasi Covid selain pembatasan saat Nataru.

Petugas Brimob Polda DIY menyemprot disinfektan di Yogyakarta, Selasa (23/11). Untuk pencegahan penyebaran Covid-19, penyemprotan disinfektan kembali dilakukan oleh Brimob Polda DIY. Penyemprotan disinfektan dilakukan bergantian terutama di tempat yang menjadi tempat kunjungan wisatawan.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petugas Brimob Polda DIY menyemprot disinfektan di Yogyakarta, Selasa (23/11). Untuk pencegahan penyebaran Covid-19, penyemprotan disinfektan kembali dilakukan oleh Brimob Polda DIY. Penyemprotan disinfektan dilakukan bergantian terutama di tempat yang menjadi tempat kunjungan wisatawan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri, Antara

Indonesia dinilai bisa menghindari serengan gelombang ketiga infeksi Covid-19. Salah satu syaratnya adalah menggenjot cakupan vaksinasi secara maksimal.

Baca Juga

"Untuk memenuhi target vaksinasi 70 persen penduduk pada akhir 2021, perlu dukungan penuh dari masyarakat," kata pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan Iwan Ariawan di Jakarta, Selasa (23/11).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI total sasaran vaksinasi Covid-19 nasional sebanyak 208.265.720 orang. Untuk vaksinasi dosis pertama hingga Senin (22/11) pukul 18.00 WIB sudah mencapai 135.087.931, sementara vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 89.892.161.

"Jika masyarakat yang divaksin terus bertambah, Indonesia kemungkinan bisa menghindari gelombang ketiga," katanya.

Iwan mengatakan, cakupan vaksinasi seluruh penduduk harus diusahakan supaya Indonesia bisa segera mengubah epidemi COVID-19 menjadi fase endemi. Menurutnya, salah satu penyebab sebagian masyarakat masih enggan mengikuti vaksinasi karena terpapar hoaks terkait efek samping dan manfaat vaksin.

"Tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang antivaksin atau tidak percaya vaksin. Harus orang yang sesuai, yang didengarkan oleh orang-orang yang percaya hoaks tersebut," katanya.

Saat pemerintah tengah menggenjot cakupan vaksinasi, sayangnya stok vaksin Sinovac tengah menipis. Sementara, masih banyak masyarakat yang ragu menggunakan vaksin jenis Sinovac.

Oleh karena itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat jangan ragu untuk divaksinasi menggunakan vaksin selain Sinovac. Budi memastikan, keamanan vaksin Pfizer, AstraZeneca maupun Moderna sama halnya dengan Sinovac yang selama ini banyak digunakan masyarakat.

"Tolong didorong agar semua masyarakat kita yang belum di vaksin terutama para lansia, tetap mau dan nyaman divaksin apa pun vaksinnya, AstraZeneca, Pfizer atau Moderna," ujar Budi dalam konferensi pers secara daring, Senin (22/11).

Budi mengakui, saat ini terjadi penurunan laju suntikan vaksinasi yang salah satu penyebabnya karena semakin menurunnya stok vaksin Sinovac. Menurutnya, karena selama ini vaksinasi lebih banyak menggunakan Sinovac membuat masyarakat ragu dengan vaksin lain.

Saat ini stok vaksin yang dimiliki Indonesia sebanyak 287 juta dosis. Sebanyak 273 juta dosis sudah dikirim ke berbagai daerah, dan sebanyak 225 juta dosis sudah disuntikkan sehingga tersisa 50 juta dosis.

Budi menerangkan, jumlah stok yang tersisa tersebut masih cukup untuk dilakukan vaksinasi selama satu bulan ke depan. Budi juga melaporkan bahwa saat ini Indonesia lebih banyak mendapatkan donasi vaksin dari luar negeri lantaran produksi yang berlebih di negara maju.

"Kita sekarang lebih banyak menerima vaksin donasi dari luar negeri karena produksi vaksin di negara maju sudah berlebih untuk mereka gunakan sendiri. Dan paling banyak kita terima dalam jenis vaksin Pfizer dan Moderna," kata Budi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement