Sabtu 27 Nov 2021 02:56 WIB

IFRC Temukan Dampak Sekunder Pandemi Covid-19

Dampak sekunder dahsyat dari pandemi akan dirasakan beberapa tahun mendatang

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang berjalan di underpass pasar terbuka Eminonu di Istanbul, Jumat, 2 April 2021. Dampak sekunder dahsyat dari pandemi akan dirasakan beberapa tahun mendatang. Ilustrasi.
Foto: AP/Emrah Gurel
Orang-orang berjalan di underpass pasar terbuka Eminonu di Istanbul, Jumat, 2 April 2021. Dampak sekunder dahsyat dari pandemi akan dirasakan beberapa tahun mendatang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (IFRC) melaporkan masyarakat perkotaan atau yang sedang bermigrasi termasuk wanita mengalami dampak sosial-ekonomi pandemi Covid-19. IFRC menunjukkan konsekuensi sekunder pandemi Covid-19 pada pendidikan, angka pengangguran, kerentanan, kesempatan bagi anak-anak untuk berkarya, kesehatan mental, dan perekonomian dunia.

 

Baca Juga

“Hasil riset menunjukkan dugaan dan kekhawatiran kita mengenai dampak sekunder yang dahsyat dari pandemi akan dirasakan masyarakat beberapa tahun mendatang. Individu akan semakin terpojok dengan dampak yang dirasakan dari perubahan iklim, kemiskinan, serta konflik," kata Presiden IFRC Francesco Rocca dalam siaran persnya, Jumat (26/11)   

"Masyarakat yang awalnya dapat menghadapi semua ini akan berada pada posisi rentan dan membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk pertama kalinya dalam hidupnya,” tambahnya.

 

Laporan ini turut memberi fokus lensa global pada beberapa negara yaitu Afghanistan, Kolombia, El Savador, Irak, Kenya, Lebanon, Filipina, Spanyol, Afrika Selatan, dan Turki. Secara keseluruhan, wanita dinyatakan mengalami dampak terbesar terhadap pendapatan, tingkat kerentanan yang lebih tinggi pada kekerasan berbasis gender, dan kesehatan mental dibanding pria.

Pandemi juga meningkatkan kemiskinan masyarakat perkotaan lebih cepat jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di daerah. Individu yang bermigrasi kemungkinan akan kehilangan pekerjaan atau bekerja dengan waktu yang lebih dan diabaikan oleh perlindungan formil untuk melindungi dirinya.

Kurangnya kesiapsiagaan membuat banyak negara tidak memiliki rencana respons yang komprehensif terhadap krisis kesehatan publik, politik, sosial, serta ekonomi karena pandemi Covid-19.

 

“Sebagai garda terdepan di masyarakat, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia telah merespons untuk memberi bantuan yang dibutuhkan. Keahliannya dalam mengidentifikasi kebutuhan serta adanya ketidakadilan di tengah masyarakat membuat mereka berada pada posisi yang tepat untuk memberikan bantuan yang mendukung kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi diperlukan juga dukungan pada bidang finansial dan politik agar bantuan dapat dilakukan secara efektif,” kata Rocca.

 

Pada laporan ini juga dipaparkan tentang adanya ketidakadilan distribusi program vaksinasi.

“Kita telah memperingatkan tentang ketidakadilan distribusi vaksin akan berdampak pada transmisi virus yang tinggi dan memperpanjang dampak dari pandemi ini. Jika kita menomorduakan prinsip kemanusiaan dengan keuntungan finansial serta memberi kesempatan bagi negara kaya untuk memonopoli dosis vaksin, maka kita tidak akan segera keluar dari pandemi ini.

 

"Dunia perlu membuka mata dan mengambil aksi konkret. Jika tidak maka pemulihan dari Covid-19 tidak akan menyeluruh dan tidak berbeda dengan dampak buruk yang dibawa oleh pandemi tersebut,” tambah Rocca.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement