Rabu 01 Dec 2021 21:50 WIB

Tutup Perbatasan Hampir 2 Tahun, Fiji Siap Sambut Turis

Usaha wisata Fiji menyambut baik langkah pembukaan perbatasan itu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pulau Mana di Fiji
Foto: Abc News
Pulau Mana di Fiji

REPUBLIKA.CO.ID, SUVA -- Fiji membuka kembali perbatasannya untuk pelancong dan turis asing, Rabu (1/12). Selama hampir dua tahun, yakni sejak Maret 2020, negara kecil di Pasifik itu menutup perbatasannya guna menghindari penyebaran Covid-19.

"Hari ini, kami bangga, dan yang paling penting siap menyambut wisatawan pertama yang terbang ke Fiji dalam hampir dua tahun. Pesan kami kepada setiap wisatawan yang telah divaksinasi dan diuji Covid yang tiba di pantai kami sederhana: Selamat Datang di Rumah," kata Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama lewat akun Facebook pribadinya.

Baca Juga

Direktur perusahaan pariwisata Fiji, Tewaka, James Sowane, turut menyambut keputusan dibukanya lagi perbatasan untuk turis asing. "Melihat pesawat Fiji Airways penuh dan menyambut para turis hari ini sangat menakjubkan. Ini adalah perasaan yang luar biasa dan saya senang berada di sana secara pribadi," ujarnya saat diwawancara Reuters.

Meski telah membuka perbatasannya, Fiji tetap menerapkan protokol pencegahan penyebaran virus. Saat tiba di sana, para turis asing harus menginap terlebih dulu selama tiga malam di resor yang disetujui pemerintah. Setelah itu mereka pun akan menjalani tes Covid-19.

Para wisatawan mancanegara diperbolehkan bergerak di area-area yang sudah ditentukan, termasuk bar serta restoran di dalam hotel. Meski terbatas, dimulainya kembali kegiatan pariwisata mancanegara akan memberikan angin segar bagi sebagian besar penduduk Fiji yang berjumlah 1 juta jiwa.

Pariwisata menyumbang 40 persen dari ekonomi Fiji. Penutupan perbatasan menyebabkan sekitar 10 persen dari populasi di sana menganggur. Kendati demikian, Fiji tetap harus mewaspadai masuknya Covid-19 varian Omicron. Sebab tetangga dekat mereka, yakni Australia, telah melaporkan penemuan kasus varian tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengategorikan Omicron sebagai “variant of concern”. Artinya Omicron lebih berbahaya dibandingkan Covid-19 versi awal. Hal itu bisa karena ia lebih menular atau resistan terhadap vaksin. Menurut WHO, Omicron membawa risiko wabah global yang sangat tinggi. Kendati demikian, hingga kini, WHO belum menemukan bukti valid bahwa Omicron lebih menular dibandingkan varian lainnya, seperti Delta, misalnya.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement